WahanaNews-Bintan | Pemerintah pusat diminta mengubah skema travel bubble Batam dan Bintan dengan Singapura menjadi seperti kebijakan yang diterapkan pemerintah Singapura kepada wisatawan lewat jalur laut oleh Pemerintah Kota Batam.
Pemerintah Singapura menerbitkan Vaccinated Travel Lane arrangement via Sea atau VTL Sea yang mengatur pelancong yang masuk ke Singapura dari Batam dan Bintan, Kepulauan Riau, Indonesia, dengan naik kapal feri.
Baca Juga:
Netanyahu Resmi Jadi Buronan Setelah ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan
Salah satu perbedaan mencolok dari kebijakan travel bubble Batam Bintan dengan VTL Sea Singapura adalah wisatawan yang masuk ke Singapura boleh bepergian ke mana saja alias tanpa pembatasan ruang gerak.
Sementara travel bubble Batam dan Bintan mengharuskan wisatawan berada di kawasan Nongsa Batam dan Lagoi Bintan saja.
Pengamat Pariwisata Provinsi Kepulauan Riau, Siska Mandalia mengatakan, perbedaan ini mencerminkan kurangnya koordinasi antara pemerintah Indonesia dengan Singapura tentang bagaimana kebijakan pariwisata di masing-masing negara.
Baca Juga:
Polisi Tembak Polisi di Solok Selatan, Kasus Masih dalam Penyelidikan
"Semestinya kerja sama pariwisata ini menguntungkan kedua pihak," kata Siska saat dihubungi wartawan dari Batam pada Jumat, 18 Februari 2022.
Selain aturan ruang gerak wisatawan, beberapa hal yang tidak sejalan dalam kebijakan pariwisata antara Indonesia dengan Singapura, khususnya di kawasan Batam dan Bintan, Siska melanjutkan, adalah ketentuan waktu berlakunya kebijakan lalu lintas orang di masing-masing negara.
Seperti diketahui, pemerintah Indonesia sudah membuka skema travel bubble untuk wisatawan dari Singapura sejak 24 Januari 2022.
Sementara pemerintah Singapura baru menerbitkan kebijakan VTL Sea beberapa hari lalu yang mulai berlaku pada 25 Februari 2022. Akibatnya, selama satu bulan travel bubble Batam dan Bintan dengan Singapura berlaku, belum ada satu pun wisatawan yang masuk.
Atas berbagai perbedaan ini, Siska menyarankan perwakilan Indonesia dan Singapura kembali bernegosiasi untuk mencari jalan tengah.
"Sebab prinsipnya sama-sama saling membutuhkan dan ini peluang besar untuk menggerakkan kembali pariwisata di masa pandemi," ujarnya.
Apabila kerja sama kedua negara sudah jelas, Siska melanjutkan, maka wisatawan akan lebih nyaman datang ke Batam, Bintan, maupun Singapura.
Dengan kebijakan yang berbeda ini, wisatawan memilih menunggu hingga ada aturan yang jelas dan meringankan mereka.
Siska menilai pemerintah tergesa dalam memulai travel bubble Batam dan Bintan dengan Singapura pada 24 Januari 2022.
Padahal saat itu belum ada kesepakan yang jelas di antara kedua negara.
"Kalau peraturan kedua negara sudah serasi, wisatawan pasti datang," kata dosen pariwisata lulusan Tourism Management dari Chung Hua University, Taiwan, itu.
Direktur Batam Tourism Polytechnic, Nur A Nasution mengatakan, seharusnya pemerintah Indonesia mengubah skema travel bubble menjadi VTL Sea seperti yang diterapkan Singapura.
"Kita harus membedakan travel bubble dengan VTL Sea," ujarnya.
"Di skema travel bubble, wisatawan tidak bisa keluar dari kawasan (Nongsa Batam dan Lagoi Bintan) yang ditentukan. Sedangkan dalam VTL Singapura, wisatawan dari Batam dan Bintan bebas ke mana saja di sana."
Nur A Nasution mendukung pemerintah Indonesia menerapkan VTL ketimbang travel bubble meski angka kasus Covid-19 di Provinsi Kepulauan Riau naik.
Musababnya di beberapa negara, saat ini kondisi pandemi Covid-19 dengan varian Omicron sudah berubah menjadi endemi.
"Lebih baik Indonesia menerapkan VTL karena sudah kepalang tanggung," ujarnya.
Terlebih, menurut Wakil Ketua Dewan Penyantun Batam Tourism Board ini, sekarang sudah ada vaksin booster. [rda]