WahanaNews-Natuna | Tidak seimbangnya disparitas antara muatan berangkat dan muatan kembali angkutan tol laut membuat biaya logistik menjadi mahal. Kondisi ini sudah terjadi sejak program diluncurkan Presiden Jokowi sejak 2015 lalu.
Adanya tol laut diklaim membuat ongkos menjadi lebih murah.
Baca Juga:
Eks Menlu RI Retno Marsudi Diangkat jadi Dewan Direksi Perusahaan Energi Singapura
Namun, nilainya masih bisa lebih ditekan.
Karena penerapan tol laut, terjadi penurunan harga pakaian sebesar 45% di kabupaten Natuna dari Rp73.000/potong (tanpa tol laut), menjadi Rp40.000 per potong dengan menggunakan (tol laut).
Begitu juga dengan penurunan harga bawang merah sebesar 40% di Kabupaten Halmahera Timur yang sebelumnya Rp50.000 per kg (non tol laut) menjadi Rp30.000 per kg(tol laut).
Baca Juga:
Buka Kejuaraan Nasional Renang Antar Klub Se-Indonesia, Wamenpora Harap Dapat Lahirkan Atlet Berprestasi
Meski demikian, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyebut sudah ada penurunan ongkos belakangan ini.
"Terjadi penurunan gap disparitas harga, namun itu belum optimal, masih ada ruang untuk dioptimalkan," kata Plt Dirjen Perhubungan Laut Kemenhub Mugen S Sartoto dalam rapat kerja dengan Komisi V DPR RI, Selasa (29/3/22).
Berdasarkan data yang dipaparkannya, terlihat ada kenaikan signifikan penggunaan tol laut pada 2021 silam, dimana muatan tol laut saat itu mencapai titik terbanyak mencapai lebih dari 477 TEUs. Padahal di tahun 2020 berada di bawah 400 ribu TEUs.
"Tol laut kita cukup naik kenaikan tren baik muatan berangkat dan balik, dari 2017 mengalami kenaikan, di 2021 alami puncak. 2022 belum kenaikan signifikan karena baru dua bulan tapi diproyeksikan ada kenaikan," sebutnya. [rda]