WahanaNews-Natuna | Amerika Serikat (AS) dan China selama puluhan tahun telah terlibat dalam perebutan dominasi wilayah di Asia Tenggara.
AS menyebut kawasan Indo-Pasifik sebagai 'jantung strategi besar Amerika', sementara China kerap mengklaim teritorial atas hampir seluruh wilayah Laut China Selatan.
Baca Juga:
Inovasi Crowdsourcing Maritim di Tengah Konflik Natuna
Dalam wawancara khusus dengan International, seperti dikutip Senin (20/6/2022), Jokowi sempat ditanya apakah Indonesia terjebak dalam pergolakan geopolitik antara AS dan China.
Jokowi menyebut Indonesia adalah 'teman dekat' dari kedua negara tersebut. Hubungan perdagangan antara Indonesia dan kedua negara juga tetap kuat, di mana AS dan China sama-sama mitra strategis Indonesia.
"Kami ingin kawasan ini damai, sehingga kami bisa membangun negara dan memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Rivalitas, apalagi perang, tidak akan bermanfaat bagi negara mana pun," kata Jokowi.
Baca Juga:
Peran Penting Indonesia dalam Menangani Konflik Laut China Selatan (LCS)
Sepanjang 2021, total perdagangan antara Indonesia-AS mencapai Us$ 37 miliar. Khusus di sektor jasa, nilai perdagangan kedua negara mencapai US$ 2,4 miliar pada 2020, berdasarkan data Kementerian Luar Negeri.
China sendiri merupakan mitra dagang terbesar Indonesia, di mana nilai perdagangan diperkirakan mencapai US$ 124,3 miliar pada tahun 2021, berdasarkan data yang diperoleh dari Kedutaan Besar Indonesia di China.[zbr]