WahanaNews-Natuna | Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersikukuh bahwa kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi (migas) di wilayah Laut Natuna, Kepulauan Natuna harus berjalan meskipun mendapatkan protes dari pihak China.
Sebelumnya pemerintah China mengirimkan surat kepada Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia.
Baca Juga:
Mahkamah Konstitusi Terima 206 Permohonan Sengketa Pilkada Kabupaten hingga Provinsi
Dan mengklaim bahwa pengeboran minyak dan gas alam itu disebut bersinggungan dengan klaim "sembilan garis putus-putus" milik Tirai Bambu.
Tak menghiraukan itu, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyampaikan bahwa kegiatan eksplorasi migas di Kepulauan Natuna itu akan terus berjalan dan dilakukan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Migas yang diantaranya Premier Oil Tuna B.V.
"Untuk eksplorasi di Natuna jalan terus. Di situ cara kita menegakan bender merah putih untuk tetap berkibar," terang Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (2/2/2022).
Baca Juga:
ASDP Gandeng Bank Indonesia Perkuat Distribusi Uang Rupiah hingga ke Pelosok Negeri
Dwi Sutjipto pun merasa heran, kenapa China melarang Indonesia melakukan eksplorasi migas di wilayah Kelautan Natuna yang merupakan teritorial dari Indonesia sendiri.
Dia mencurigai bahwa ada sesuatu yang menarik atas Sumber Daya Alam (SDA) di wilayah Kelautan Natuna itu.
"Kita agak merasa heran (kenapa diprotes). Mereka pasti melihat sesuatu yang menarik di situ dari sisi sumber daya alam, selain masalah pertahanan, survey juga dilakukan negara-negara lain. Yang penting pesan dari pemerintah agar kita tidak ribut," ungkap Dwi Soetjipto.
Dwi membeberkan bahwa di Laut Natuna itu, Premier Oil Tuna B.V sudah menemukan cadangan migas khususnya di Wilayah Kerja atau Blok Tuna.
Wilayah Kerja Tuna ini berada di lepas pantai Natuna Timur, tepat di perbatasan Indonesia-Vietnam.
Dalam catatan SKK Migas, terdapat temuan cadangan melalui pengeboran dua sumur delineasi Singa Laut (SL)-2 dan Kuda Laut (KL)-2.
Pada 2014 lalu Premier Oil melakukan pengeboran sumur eksplorasi dengan dua kaki yang menyasar pada potensi hidrokarbon di struktur SL-1 dan struktur KL-1.
Kedua sumur ini menemukan potensi minyak dan gas dari Formasi Gabus, Arang, dan Lower Terumbu.
"Dan Premier Oil Tuna ini sedang bersiap-siap maju dengan Plant of Development (PoD). Ddan diharapkan proyek bisa jalan," tandas Dwi Soetjipto.
Tentunya temuan-temuan itu bisa membantu pemerintah dalam mencapai target produksi minyak 1 juta barel per hari (bph) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030 mendatang.
Sementara dalam catatan wartawan, selain itu produksi migas, salah satu 'harta karun' di perairan Natuna yang sangat besar yaitu cadangan hidrokarbon raksasa mencapai 222 triliun kaki kubik (TCF) di Blok East Natuna. [rda]