WahanaNews-Natuna | Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meminta agar salah satu blok minyak dan gas bumi (migas) yang menyimpan "harta karun" gas di Perairan Natuna bisa segera dikembangkan.
Blok migas yang dimaksud di sini yaitu Blok East Natuna atau dulunya bernama Blok Natuna D-Alpha. Blok East Natuna ini salah satu penyimpan "harta karun" gas terbesar di Tanah Air. Pasalnya, Blok East Natuna sendiri mempunyai potensi gas mencapai 222 triliun kaki kubik (TCF).
Baca Juga:
PLN Nusantara Power Siapkan Dana Modifikasi Cuaca Tiap Tahun
Meski belum ada perusahaan yang tertarik untuk mengembangkan blok ini, terutama setelah PT Pertamina (Persero) mengungkapkan akan mengembalikan penugasan pengembangan blok ini kepada pemerintah, namun dengan adanya teknologi terbaru, Menteri ESDM meyakini bahwa Blok East Natuna ini bisa dikembangkan segera.
Hal tersebut menyusul adanya teknologi penangkapan, penggunaan, dan penangkapan karbon atau Carbon Capture and Storage (CCS) atau Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS).
Perlu diketahui, meski sumber daya gas di Blok East Natuna ini besar, namun sayangnya kandungan karbon dioksida (CO2) di blok ini sangat besar yakni hingga 71%, sehingga membuat gas yang bisa dieksploitasi hanya sebesar 46 TCF.
Baca Juga:
PLN Nusantara Power Siapkan Dana Modifikasi Cuaca Tiap Tahun
Menurut Arifin, saat ini pemerintah tengah membahas pengelolaan Blok East Natuna yang mempunyai kandungan karbon dioksida (CO2) yang cukup besar untuk kembali diberdayakan. Terutama, setelah perusahaan migas pelat merah yakni Pertamina berniat untuk mengembalikannya ke negara.
"Kita lagi bahas East Natuna ini bagaimana ini bisa diberdayakan kembali, sekarang kan sudah ada teknologi carbon capture gas Natuna ini kan 70 persen CO2, nah bisa gak itu," ungkap Arifin saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (28/11//2022).
Adapun setelah proses pengembalian East Natuna oleh Pertamina rampung, Kementerian ESDM berencana untuk melelang ulang blok tersebut. Pemanfaatan CCUS di Blok East Natuna sendiri tidak perlu menunggu aturan Rancangan Peraturan Menteri (Rapermen) CCUS.
"Nanti kita tawarkan sehingga gasnya itu bisa diinjeksi, Natuna itu bukan dari sumur volume reservoir yang ada tetapi ada reservoir yang lain juga," katanya.
Sebelumnya, pemerintah berniat melelang ulang Blok East Natuna setelah proses penyerahan dari PT Pertamina rampung. Bahkan blok yang dulunya bernama Natuna D-Alpha ini akan dipecah menjadi tiga wilayah kerja.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji mengatakan bahwa Pertamina selaku operator Blok East Natuna bakal mengembalikan Blok East Natuna ke negara. Mengingat pengembangan blok jumbo tersebut hingga kini tidak ada menemui progres yang signifikan.
"Kita kembalikan dulu ke negara kemudian kita akan lelang tender terbuka untuk D-Alpha. Kita akan coba bagi tiga East Natuna itu," ujar Tutuka di Nusa Dua Bali, Kamis (24/11/2022).
Tutuka menargetkan proses pengembalian Blok East Natuna dari Pertamina ke pemerintah dapat rampung tahun ini. Dengan demikian, pada awal tahun depan blok tersebut dapat dijadwalkan untuk masuk lelang.
"Kita sudah coba proses sih tahun ini. Nanti lelangnya pengumuman gak tahu ya, tapi ini sudah kita proses sekarang karena kalau bisa selesai tahun ini bisa langsung tahun awal depan kita umumkan lelang itu," kata dia.
Blok East Natuna sendiri mempunyai potensi mencapai 222 triliun kaki kubik (TCF). Namun, karena besarnya kandungan karbon dioksida (CO2) di blok ini, yakni mencapai hingga 71%, membuat gas yang bisa dieksploitasi hanya sebesar 46 TCF.
Meski jumlah gas yang bisa dieksploitasi turun drastis dari jumlah sumber dayanya, namun potensi ini masih jauh lebih besar dibandingkan cadangan Blok Tangguh di Papua Barat dan Blok Masela di Maluku. Besarnya kandungan karbon dioksida ini lah yang membuat blok ini tak kunjung dieksploitasi.[zbr]