WahanaNews-Natuna | Masjid Agung Natuna yang dibangun di atas lahan 15.500 meter persegi menjadi Taj Mahal versi Indonesia. Pembuatan Masjid Agung Natuna pada 2007 hanya dibangun dalam setengah bulan.
Sang arsitek, Both Sudargo, menyatakan masjid buatannya menyerap berbagai model arsitektur, seperti Taj Mahal di India dengan khas sungai di area depan Masjid dan juga tiang menara masjid yang berdiri kokoh.
Baca Juga:
Aksi AKP Dadang Guncang Solok Selatan, Hujani Rumah Dinas Kapolres dengan Tembakan
Kemudian dipadukan dengan arsitektur Masjid Nabawi di Madinah, Masjid yang ada di Cordoba Spanyol, serta ukiran-ukiran kaca patri khas Turki.
Makna Filosofis Setiap Sudut Masjid
Pada puncak tertinggi Masjid Agung Natuna terdapat satu kubah utama yang warnanya didominasi hijau dan kuning telur dalam motif kubisme yang simetris.
Baca Juga:
OTT KPK Bengkulu, Calon Gubernur Petahana Dibawa dengan 3 Mobil
Seluruh bentuk permukaan kubah dibentuk dari bahan enamel anti karat.
Warna-warna itu dipilih dan dilambangkan sebagai simbol qur'ani.
Selanjutnya, di bawah kubah utama terdapat enam kubah berukuran lebih kecil yang menempel bersusun simetris yang menandakan enam rukun iman bagi umat Islam.
Sedangkan 12 kubah lainnya yang berada di undakan bawahnya, merepresentasikan jumlah kelahiran nabi besar Muhammad SAW yang jatuh pada 12 Rabiulawal.
Pemandangan luar masjid juga dilengkapi dengan empat menara di keempat sisinya dengan ketinggian 17 meter yang dimaknai dengan jumlah rakaat salat lima waktu dalam sehari.
Adapun empat menara itu disimbolkan sebagai makna empat sahabat Rasulullah SAW atau Khulafaur Rasyidin.
Pada puncak menara terdapat sebuah kubah mungil seperti tipe masjid seribu menara di negara Timur Tengah.
Sekilas, memang menara Masjid Agung Natuna mengadopsi desain dari Masjid Nabawi di Tanah Suci Makkah.
Apabila menilik lebih dalam, masjid ini memiliki 20 buah pintu berukuran 4 x 3 meter yang menghadap ke berbagai penjuru arah.
Terdapat tiga pintu utama yang menghadap ke timur. Selanjutnya, 17 pintu lainnya didesain dengan motif relief seni khas Islam dalam bentuk tralis di tengah daun pintunya.
Di dalam masjid juga menyajikan 'aksesoris' tiang penyangga utama kubah setinggi 17 meter dengan garis tengah 1 meter, dibubuhi ornamen lempengan tembaga dan perak yang diukir mengelilingi tiang.
Pengunjung juga akan disuguhkan sebuah bedug besar sebagai pengingat waktu salat.
Bedug Masjid Agung Natuna terbuat dari jenis kayu balau utuh sepanjang lima meter dengan garis tengah 1,86 meter.
Butuh waktu hingga delapan bulan untuk menggarap beduk dengan materi asal hutan Desa Klarik, Natuna ini.
Bedug Natuna diklaim lebih panjang dari bedug terpanjang di Indonesia yang berukuran 1,9 meter di Masjid Banten.
Pembuat bedug yang merupakan anak watan Natuna, Hasyim Syam, Hendri Tapa dan Amrizal memperkirakan beduk tersebut mampu bertahan hingga seabad lebih.
Dapat dikatakan, secara keseluruhan keindahan interior masjid tampak dari kesinambungan tanpa batas antara ornamen.
Gabungan seperti dalam ornamen seni Islam dan konstruksi seni ruang merupakan perpaduan antara modul-modul, relung-relung, tiang-tiang, bukaan cahaya, dan lain-lain. [rda]