WahanaNews-Natuna | Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kabupaten Natuna menggelar tradisi lempar bakcang ke laut dalam perayaan bakcang (bacang) di Pantai Teluk Selahang, Natuna, Kepri, Jumat (3/6/22).
"Tradisi lempar bakcang ini pertama kali dilaksanakan secara bersama di Natuna, tradisi ini sejak lama telah dilakukan oleh warga Tionghoa Natuna, namun sebelumnya kita lakukan sendiri - sendiri dengan keluarga masing - masing," kata Edi Lim, koordinator acara.
Baca Juga:
Bazzar Murah Ramadan, Masyarakat Tionghoa Peduli Gelontorkan 10.000 Paket Sembako
Tahun ini, tradisi lempar bakcang dilaksanakan seluruh warga Tionghoa secara bersama-sama.
"Selain lempar bacang, kita ada doa bersama dilanjutkan melempar bakcang ke laut dan dilanjutkan mandi laut", kata Edi.
Untuk mengisi acara juga dilaksanakan berbagai lomba permainan rakyat untuk memeriahkan acara dan ditutup dengan makan bakcang bersama.
Baca Juga:
Bupati Rohil Lepas Pawai Lampion Malam Cap Go Meh 2575/2024 di Klenteng Ing Hok King
"Tradisi ini akan kami jadikan agenda rutin setiap tahun secara bersama agar budaya tetap terus bisa dilestarikan", ujarnya.
Selain permainan rakyat, acara juga di isi peragaan cara membuat bakcang bagi para generasi muda khususnya warga Tionghoa setempat.
"Untuk melestarikan budaya leluhur agar keberadaan tradisi bakcang semakin tumbuh di tengah warga Tionghoa Natuna", kata Edi.
Perayaan bakcang menurut Edi bertepatan dengan penanggalan kalender Imlek, tanggal 5, bulan 5 adalah hari istimewa bagi warga Tionghoa seluruh dunia.
Pada hari tersebut, seluruh warga Tionghoa seluruh dunia merayakan Festival Phe Cun atau yang lebih dikenal dengan sebutan Duan Wu Jie.
Jika pada perayaan Tahun Baru China, lanjut Edi, masyarakat Tionghoa merayakannya dengan menyantap Kue Keranjang, Perayaan Zhong Qiu ditandai dengan makan Kue Bulan, dan Perayaan Dong Zhi disimbolkan dengan makan Onde Onde, maka pada Perayaan Duan Wu Jie dicirikan dengan makan Kue Bacang Asin dan Kicang Manis.
Kue Bacang dan Kicang yang dibuat dari Beras Ketan, dibungkus dengan Daun Bambu, dan diikat dengan bentuk limas segitiga atau kerucut ini dinikmati oleh Masyarakat Tionghoa di seluruh Dunia.
Menurut Edi ada legenda dalam kepercayan Tionghoa, kue kicang yang dihidangkan disaat perayaan Duan Wu Jie ini, merupakan wujud penghormatan kepada Qu Yuan, seorang patriot bangsa Han yang sangat setia kepada negara Chu.
Kue kicang memiliki makna filosofis tersendiri. Kicang yang disajikan bersama gula merah ini, merupakan simbol kesejahteraan dan kemakmuran.
"Kue Kicang yang terbuat dari beras ketan dan lengket ini, menggambarkan persaudaraan yang erat dan menyatu. Kue Kicang yang rasanya manis ini, memiliki makna suka cita, kegembiraan, memberikan berkat dan pengharapan yang terbaik dalam hidup", terang Edi.[zbr]