WahanaNews-Natuna | Salah satu penghasilan masyarakat Natuna adalah sebagai nelayan. Oleh karena itu, budidaya ikan harus digalakkan guna meningkatkan kapasitas ekspor ikan hidup sehingga berdampak pada perekonomian masyarakat Natuna.
Misalnya budidaya ikan Napoleon, Kerapu dan jenis-jenis lainnya.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Terkait dengan hal tersebut, Wakil Bupati Natuna Rodhial Huda, menginginkan kegiatan ekonomi di Natuna semakin bergulir melalui aktifitas ekspor ikan hidup yang semakin intens.
Untuk mengekspor ikan hidup itu, biasanya kapal Hongkong akan datang ke perairan Natuna sekali dalam 40 hari.
"Selama ini, Kapal Hongkong yang masuk ke Natuna hanya sekali dalam 40 hari. Akibatnya, perputaran ekonominya melalaui ekspor ikan hidup menjadi lebih lambat," kata Rodhial Huda saat meninjau langsung aktivitas kegiatan ekspor ikan di Perairan Kepulauan Natuna, Sedanau, Kecamatan Bunguran Barat, Kamis (20/1/2022).
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Wakil Bupati yang juga pakar kemaritiman tersebut juga menginginkan agar kapal hongkong lebih sering masuk Natuna.
Paling tidak dua minggu atau satu bulan sekali.
"Jadi karena ini ekspor perdana di tahun 2022, saya sama Kapolres meninjau ke sana. Kita lihat ini harus didorong lebih sering supaya ekonomi masyarakat bergerak, khususnya di bidang budidaya ikan," ujarnya.
Rodhial menilai dari hasil peninjauannya di lapangan, kapasitas ekspor dari Natuna masih terbatas.
Muatan kapal Hongkong tidak penuh, sehingga mereka terpaksa memuat ikan dari daerah lain.
"Ikan yang diekspor itu sekitar 8,4 ton saja, kita berharap, paling tidak sekali datang dapat mengangkut sampai 15 ton, baru lebih enak," sebutnya.
Menurutnya, guna meningkatkan kapasitas ekspor ikan hidup di Natuna, budidaya ikan harus digalakkan.
Ia menjelaskan bahwa, selama ini hasil tangkapan nelayan Natuna sangat bergantung pada kondisi alam, sehingga penghasilannya juga tidak menentu.
Menurutnya jika budidaya ikan digerakkan, maka penghasilan masyarakat bisa meningkat.
Rodhial mengatakan, dari ekspor ikan hidup yang dilakukan oleh masyarakat Natuna tersebut, belum mengkaji keuntungan daerah.
Terlebih dahulu nelayannya harus sejahtera, baru kemudian harapan terakhirnya Pendapatan Asli Daerah (PAD).
"Ini yang ingin kita dorong, kalau dapat jangan cuma 40 hari sekali ekpor ikan dilakukan. Kuotanya juga tidak dibatasi," katanya. [rda]