WahanaNews-Kepri | Senior Manager Perencanaan PLN UIWRKR, Jaka Sumantri, mengungkapkan 100 persen desa di Kepri sudah harus berlistrik di tahun 2021, Rabu (15/12).
Melalui sinergitas PLN dan Pemprov Kepri, program itu ditargetkan menyasar semua desa di "Bumi Segantang Lada".
Baca Juga:
Dua Kecamatan ‘Clear’ Rekapitulasi, Ketua KPU Kota Bekasi Klaim Pleno Terbuka Kondusif
Bagi PLN, mengaliri listrik di daerah kepulauan seperti Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menjadi tantangan tersendiri, mengingat demografi di daerah itu didominasi 96 persen lautan dan hanya 4 persen daratan.
Para petugas PLN harus menerobos laut, yang ketika musim angin utara tiba, tinggi gelombangnya bisa mencapai 2 sampai 6 meter. Faktor cuaca menjadi ancaman keselamatan mereka, dalam melaksanakan tugas-tugas kelistrikan ke pulau-pulau.
Baca Juga:
Mulai Minggu Ini, Deretan Film Blockbuster Big Movies Platinum GTV Siap Temani Akhir Tahunmu!
Selain laut, mereka juga berhadapan dengan sungai-sungai hingga jalan setapak yang belum beraspal.
Tidak jarang, tiang, kabel, dan material listrik lainnya terpaksa digotong sendiri oleh petugas dibantu masyarakat, tanpa bantuan peralatan mesin atau semacamnya karena sulitnya medan yang dilewati.
PLN, menurut Jaka, telah bertungkus lumus menyelesaikan tanggung jawab mengalirkan listrik seluruh desa di Kepri.
Ini terbukti, dari total target 416 desa yang tersebar di tujuh kabupaten/kota se-Kepri, 411 desa sudah menyala. Sedang sisanya sebanyak 5 desa akan selesai akhir Desember 2021.
"Target akhir Desember, listrik 5 desa di Kabupaten Anambas akan menyala. Saat ini sedang relokasi mesin," ujar Jaka.
Ia menjelaskan PLN telah melakukan pembangunan jaringan listrik meliputi jaringan tegangan menengah sepanjang 21,88 kilometer sirkuit (kms), jaringan tegangan rendah sepanjang 39,64 kms, 11 unit gardu distribusi dengan total daya sebesar 975 kilo Volt Ampere (kVA) dan sembilan unit Pembangkit Listrik Tenaga Diesel dengan total kapasitas terpasang sebesar 935 kilo Watt (kW).
Adapun total biaya seluruh investasi pengerjaannya mencapai Rp29,3 miliar dan akan melayani sebanyak 1.803 pelanggan. Di samping itu, PLN turut memberikan bantuan melalui program PLN Peduli bagi masyarakat kurang mampu berupa pembayaran biaya pasang baru listrik kepada 815 pelanggan yang berada di Provinsi Riau dan Kepri.
Selain pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan, melalui program PLN Peduli juga memberikan bantuan pasang baru listrik bagi masyarakat yang kurang mampu dengan total nilai lebih dari Rp689 juta untuk 305 pelanggan di Riau dan 510 pelanggan di Kepri.
Tidak hanya itu, PLN melalui Yayasan Bantuan Mal (YBM) juga memberikan bantuan 517 paket sembako bagi masyarakat Riau dan Kepri.
"Bantuan ini berasal dari zakat pegawai PLN yang dipotong setiap bulannya," ujar Jaka.
Jaka juga mengajak seluruh pelanggan PLN pasca bayar agar selalu disiplin dan taat dalam membayar tagihan rekening listrik sebelum batas akhir pembayaran, yakni pada tanggal 20 setiap bulannya.
Hal ini agar terhindar dari pemutusan aliran listrik, apalagi pembayaran saat ini sangat mudah dilakukan bisa dimana saja melalui Aplikasi PLN Mobile, ATM, E-Comerce, Mobile Banking serta PPOB tersebar.
Dia turut mengimbau apabila pelanggan yang mengalami gangguan listrik bisa melapor melalui saluran yang telah disediakan seperti Contact Center 123, Twitter PLN 123, Facebook PLN 123 dan Aplikasi PLN Mobile yang sudah tersedia di Google Play dan App Store.
Apresiasi pemerintah
Gubernur Kepri Ansar Ahmad berterima kasih atas kerja sama PLN dalam melaksanakan program listrik masuk desa ini.
Dia sangat mengapresiasi usaha PLN yang telah membantu pemerintah daerah setempat. Apalagi, ia tahu tidak mudah dan tidak murah menyediakan listrik di daerah dengan gugusan ribuan pulau itu.
Ansar mengaku lega karena baru saja meresmikan listrik di tiga desa/kelurahan di Kota Batam, Rabu (15/12). Dengan demikian, target mengalirkan listrik khusus untuk 14 desa di pulau yang berbatasan dengan Singapura itu telah selesai 100 persen.
14 desa berlistrik di Batam itu dengan total 525 kepala keluarga, panjang jaringan 124,72 kilometer sirkuit, dengan investasi sebesar Rp47,949 milliar.
Dari 525 kepala keluarga yang telah dialiri listrik, sebanyak 100 kepala keluarga memeroleh bantuan jaringan listrik dari PLN. Sisanya sedang diusahakan oleh Pemprov Kepri.
Masyarakat 14 desa yang dialiri listrik ini juga lebih beruntung dari desa lainnya di luar Batam. Kalau desa di luar Batam aliran listrik hanya bisa dinikmati selama 14 jam, maka desa-desa di Batam aliran listriknya 24 jam.
Untuk tahun 2021, lanjut Ansar, Pemprov Kepri menganggarkan Rp2,6 milliar untuk ganti jaringan di Pulau Lengkang, Rp4 miliar untuk delapan generator di pulau-pulau besar. Sementara untuk 15 kepala keluarga di Pulau Akam diupayakan listrik tenaga surya.
Sebelumnya, Pemprov Kepri dan PLN juga telah meresmikan program desa berlistrik untuk sembilan desa dan dua dusun. Ini bertepatan dengan Hari Listrik Nasional (HLN) ke-76 yang dipusatkan di Desa Semembang, Kecamatan Durai, Kabupaten Karimun, Rabu 27 Oktober 2021.
Sembilan pengaliran listrik desa dan dua dusun itu tersebar di empat kabupaten se-Kepri. Untuk di Kabupaten Karimun tersebar di Desa Semembang, Desa Degong, Desa Selat Mie, Desa Sanglar, Desa Ngal.
Sedangkan di Kabupaten Anambas ada Desa Sunggak, Desa Air Putih dan Desa Lingai. Kemudian di Kabupaten Lingga ada Desa Busun Panjang, dan di Kabupaten Natuna ada Dusun Binjai Dusun II Harapan Jaya.
Sebelumnya, masyarakat di sembilan desa dan dua dusun tersebut masih menggunakan genset sebagai sumber listriknya dengan biaya operasional yang lebih tinggi.
"Kalau pakai genset hanya hidup lima jam dengan biaya per bulannya 300 ribu. Sedangkan dengan listrik PLN, warga hanya membayar 150 ribu dengan jam nyala 14 jam," ucap Ansar.
Mantan Anggota DPR RI itu optimistis setelah program desa listrik terealisasi 100 persen pada akhir 2021. Maka, selanjutnya pemprov bakal mendorong PLN mengalirkan listrik ke dusun-dusun di Kepri.
Bagi wilayah yang belum masuk ke roadmap PLN, katanya, Pemprov Kepri akan mengadakan mesin genset menggunakan dana APBD.
Ia memastikan spek mesin itu akan disesuaikan dengan standar PLN. Sehingga pada saatnya, PLN bisa ambil alih dan ini tentu meringankan beban masyarakat.
Namun demikian, Ansar mengakui ada kendala biaya untuk pemasangan kabel listrik ke rumah-rumah warga, apalagi yang tinggal di kawasan pesisir dan pelosok pulau terluar.
"Kita akan cari solusi untuk meringankan beban pemasangan jaringan listrik, misalnya dengan memanfaatkan dana CSR," sebut Ansar.
Ekonomi menggeliat
Jauh di pulau terluar dan berbatasan langsung dengan laut China Selatan. Warga Desa Harapan Jaya, Kabupaten Natuna, merasa sangat terbantu dengan adanya program desa berlistrik.
Sejak listrik menyala 24 jam, dari sebelumnya hanya sekitar 12 jam. Aliran listrik PLN terbukti memberikan efek dominfo yang berkelanjutan bagi perekonomian warga di sana.
Warga yang mayoritas berkebun ini memanfaatkan lampu penerangan listrik untuk bekerja mengolah hasil perkebunan pada malam hari.
Mereka rata-rata memang memiliki lahan kebun sendiri, apalagi sebagian penduduknya berasal dari Pulau Jawa, yang terkenal sangat tekun di bidang pertanian.
Hasil pertanian selanjutnya dijual di pasar tradisional Natuna bahkan ke luar daerah.
Sebagian warga lainnya ada pula yang membuka usaha rumah makan pada saat siang sampai malam hari.
"Alhamdulillah, listrik sangat membantu perekonomian warga kami," kata Seorang Tokoh Pemuda Desa Harapan Jaya Soni Hendriyadhi kepada ANTARA.
Warga Desa Harapan Jaya yang berjumlah sekitar 1.000 jiwa itu pun tidak merasa keberatan dengan pembayaran listrik bulanan ke PLN, karena besarannya yang terjangkau dengan menyesuaikan pemakaian listrik di rumah masing-masing.
"Rata-rata per rumah warga sekitar Rp150 ribu per bulan," imbuhnya.
Tak jauh berbeda dengan kondisi warga di Desa Batu Limau, Kabupaten Karimun.
Warga di sini sangat bersyukur, karena awalnya listrik hanya menyala 6 jam sehari, lalu meningkat 12 jam sehari, dan sekarang sudah 24 jam sehari.
Sejumlah warga setempat memanfaatkan aliran listrik untuk membuka tempat usaha, misalnya jasa fotokopi.
Dengan begitu, warga yang tadinya harus menyeberang pulau untuk fotokopi dokumen dan sebagainya. Kini tak perlu repot-repot lagi, karena di kampung mereka sendiri sudah ada mesin fotokopi yang didukung aliran listrik PLN.
"Jadi lebih hemat tenaga, waktu, dan biaya. Di samping dapat membantu perekonomian sesama warga di sini," kata seorang warga Desa Batu Limau, Deko Aidil.
Kehadiran listrik di desa itu juga dimanfaatkan warga lainnya, Radha untuk lebih serius menekuni usaha jasa potong rambut di kampungnya.
Sebelum listrik mengalir 24 jam, Radha hanya menggunakan alat potong rambut manual. Namun, sekarang ia beralih memakai peralatan mesin potong rambut elektrik/listrik.
"Dengan mesin potong rambut listrik, pekerjaan jadi lebih mudah dan cepat, hasilnya juga memuaskan," ujarnya.
Sementara itu, Anggota DPRD Provinsi Kepri Wahyu Wahyudin menyambut baik program listrik masuk desa, khususnya bagi warga di kawasan pesisir Batam yang selama ini masih kesulitan mengakses listrik 24 jam.
Listrik sangat berguna bagi masyarakat pesisir, apalagi bagi anak-anak sekolahan yang belajar daring dari rumah saat pandemi COVID-19. Mereka menggunakan handphone buat belajar, dan itu memerlukan jaringan listrik untuk mengisi daya apabila sudah kehabisan habis.
Selain itu, listrik menjadi penunjang warga pesisir dalam mengakses sumber informasi melalui media massa elektronik televisi, sehingga mereka dapat mengikuti berbagai perkembangan terkini di daerah, nasional, bahkan internasional.
Warga yang biasanya menonton televisi cuma di malam hari, sekarang sudah bisa 24 jam. Semoga dengan hadirnya listrik desa, kesejahteraan dan kecerdasan masyarakat akan semakin meningkat. [kaf]