WahanaNews-Natuna | Dr. Jessica Stern, seorang psikolog klinis di New York, AS mengatakan kembang api memberikan dampak jangka panjang yang buruk bagi kondisi fisik maupun kesehatan mental.
Seperti diketahui, perayaan tahun baru identik dengan pesta kembang api untuk memeriahkan suasana. Namun tradisi ini rupanya bisa berdampak buruk bagi kita, khususnya jika memiliki riwayat gangguan kesehatan mental.
Baca Juga:
Wisatawan Indonesia Meningkat Tajam, 731 Ribu Perjalanan ke Luar Negeri di Oktober 2024
Pesta kembang api merupakan pertunjukkan cahaya yang diwarnai ledakan dan suara menggelegar. Aliran secara konstan tersebut yang berlangsung dalam durasi cukup lama selama perayaan tahun baru bisa mengganggu kesehatan kita.
"Kembang api dapat mengganggu kemampuan untuk tertidur atau tetap tertidur, terutama jika menyebabkan respons kejutan yang bertahan sedikit lebih lama," kata Stern.
Trauma yang disebabkan mendengar kembang api bisa membuat seseorang sangat waspada dan malah takut untuk tidur. Kurang tidur yang disebabkan oleh kembang api kemudian dapat berdampak pada area lain dalam hidup kita.
Baca Juga:
Bukan Awan Biasa, BMKG Klarifikasi Fenomena Langit Jakarta yang Memukau
Misalnya saja kemampuan untuk fokus, memori jangka pendek, dan sikap keseluruhan semuanya terkait dengan manfaat tidur berkualitas. Pesta kembang api juga dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan membuat seseorang lebih cepat marah.
Kondisi ini kemudian berpengaruh suasana hati dan menyebabkan stres, lalu memicu kelelahan dan ketegangan, baik pada pikiran maupun tubuh. Stres dan kegelisahan yang dirasakan akibat trauma pesta kembang api juga mampu melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Tubuh tidak lagi mampu melawan penyakit secara optimal dan membuat kesehatan kita terganggu.