WahanaNews-Natuna | Latihan militer gabungan tahunan Super Garuda Shiled 2022 tengah berlangsung di Baturaja, Sumatra Selatan, selama 14 hari dengan melibatkan Amerika Serikat, Kanada, Perancis, India, Malaysia, Selandia Baru, Korea Selatan, Papua Nugini, Timor-Leste, Inggris, Australia, Singapura, dan Jepang. Latihan militer gabungan ini tidak melibatkan Tiongkok dan Rusia.
Anggota Komisi I DPR, Effendi Simbolon mengatakan latihan gabungan militer Indonesia, Tiongkok dan Rusia bisa saja terwujud. Sebab, Indonesia menerapkan politik bebas aktif, yang tidak terikat perjanjian dengan negara manapun.
Baca Juga:
4.000 Prajurit TNI Kena Sanksi Akibat Terlibat Judi Online
“Kita bukan berarti tidak berhubungan baik dengan China dan Rusia. Kita bisa latihan bersama dengan mereka,” kata Effendi Simbolon kepada wartawan, Senin (7/8).
Menurut Effendi, latihan gabungan militer dengan Amerika Serikat pada Super Geruda Shiled bukan berarti Indonesia sebagai negara aliansi negeri paman sam tersebut. Kendati demikian, Indonesia harus menjaga hubungan baik dengan Amerika, Rusia, Tiongkok dan Asia.
“Kita bukan aliansi Amerika. Hubungan kita dengan Amerika tidak patnership strategis,” ucap Effendi.
Baca Juga:
Danpuspom TNI Pimpin Apel Gelar Pasukan Penegakan Hukum Tahun 2024
Hanya saja, Effendi mempertanyakan terkait lokasi latihan militer gabungan tahunan Super Garuda Shield 2022. Menurut Effendi, pagelaran Super Garuda Shield yang berlokasi di Baturaja, Sumatera Selatan, tidak tepat karena ancaman nyata berada di Natuna Utara.
“Tahun lalu saya dengar di Natuna Utara. Kenapa dipindah (lokasinya). Tanya Panglima dan Menhan,” ucap Effendi.
Effendi menduga, pemindahan lokasi latihan militer gabungan tahunan Super Garuda Shield dari Natuna Utara ke Baturaja, karena faktor lobi-lobi politik. Padahal, kata dia, ancaman nyata terhadap Indonesia saat ini berada di Natuna Utara.