"Tidak ada yang salah dengan batubara, karena sebagai produk ia bermanfaat. Hal yang kita hindari adalah batubara itu kan ujungnya ada C02. Karena itu kita harus cari cara bagaimana agar emisinya bisa berkurang atau terserap," katanya.
Ia mengatakan upaya dekarbonisasi ini juga menjadi jalan secara bertahap untuk mendorong pelaksanaan kebijakan nol emisi karbon dan pengurangan PLTU batubara secara bertahap.
Baca Juga:
PLN Nusantara Power Siapkan Dana Modifikasi Cuaca Tiap Tahun
"Seluruh alternatif kita jalani, arahnya bagaimana caranya kita meredam CO2. Ujungnya tidak ada CO2 yang keluar," kata Dadan.
PLTU Jawa 9&10 merupakan salah satu pembangkit ultra super critical di Indonesia karena memasang peralatan pengontrol emisi terlengkap untuk mengurangi polusi udara dengan adanya Flue Gas Desulfurization, Electro-Static Precipitator, Low NOx burner dan SCR.
Penggunaan CSR pada PLTU bersamaan dengan Low NOx burner secara signifikan akan menurunkan kadar nitrogen oksida dan nitrogen dioksida, yang membuka kemungkinan lebih banyak pembakaran amonia hijau dibandingkan batu bara di dalam PLTU.
Baca Juga:
PLN Nusantara Power Siapkan Dana Modifikasi Cuaca Tiap Tahun
Dengan adanya studi bersama ini, PLTU Jawa 9&10 di Banten nantinya akan siap untuk co-firing amonia hijau yang signifikan pada saat dan jika arahan PLN tentang sumber bahan bakar alternatif tersebut tersedia di masa mendatang.[zbr]