Hal ini disebabkan terjadinya overcapacity di sejumlah provinsi yang bahan bakarnya memakai batubara, sehingga menghambat pengembangan panel surya dan percepatan transisi energi.
Pria lulusan Cranfield University ini juga menambahkan sejumlah isu lain yang perlu menjadi perhatian, di antaranya terkendalanya pengembangan energi panas bumi di Provinsi Sumatera Utara yang membutuhkan captive market, dan saat ini potensi pembelinya dari luar negeri, maka diperlukan ekosistem carbon credit guna menunjang ekspor energi.
Baca Juga:
PLN Icon Plus Hadirkan ICONNEXT, Pameran Futuristik Terbesar di Indonesia
Adapun, terkait rencana ekspor tenaga listrik ke Singapura yang akan dilakukan oleh Gurin Energy, Satya mengatakan bahwa rencana tersebut masih mungkin dilakukan, terlebih kebutuhan setempat telah terpenuhi. Karena kebutuhan negara tetangga seperti Singapura yg cukup tinggi.
APK DEN Musri menambahkan bahwa DEN secara prinsip mendukung rencana tersebut. Musri juga menyoroti adanya sejumlah pulau di Kepulauan Riau yang masih belum dialiri listrik, sehingga proyek ini diharapkan dapat membantu meningkatkan rasio elektrifikasi.
Adapun, APK DEN Agus Puji menyoroti perbedaan karakteristik lokasi dan pencahayaan antara Indonesia dan Singapura, sehingga membutuhkan perjanjian ekspor energi yang lebih mendetail.
Baca Juga:
PLN Icon Plus Hadirkan ICONNEXT, Pameran Futuristik Terbesar di Indonesia
Menjawab hal tersebut, COO Gurin Energy Robert mengatakan bahwa proyek pengembangan PLTS di Provinsi Kepulauan Riau akan menyesuaikan dengan RUEN dan RUED.
Gurin Energy dan PT PPM juga terus menjalin koordinasi dengan mitra, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, PT PLN (Persero) dan DEN.
Harapannya, proyek ini dapat membuka lapangan pekerjaan, mendorong perbaikan infrastruktur, serta meningkatkan rasio elektrifikasi di pulau-pulau yang ada di Provinsi Kepulauan Riau.[zbr]