WahanaNews-Kepri | Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan bahwa PT PLN (Persero) saat ini tengah mengalami persoalan kelebihan pasokan (over supply) listrik. Bahkan, hingga akhir tahun ini diperkirakan kelebihan pasokan listrik mencapai 6 Giga Watt (GW).
Hal tersebut diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana. Menurut Rida, hingga akhir tahun persoalan kelebihan pasokan listrik yang didera oleh PLN masih akan terjadi.
Baca Juga:
Info PLN Batam Terbaru, Pemeliharaan Rutin Sasar Batam Center dan Sekitarnya
"6 GW (over supply listrik) kalau akhir tahun ini, yang tahu persis kan di PLN," ungkap Rida saat ditemui di Gedung DPR RI, Kamis (22/9/2022).
Rida menyebut bahwa kelebihan daya listrik secara umum terjadi di semua wilayah. Namun yang paling signifikan khususnya terjadi di Pulau Jawa.
Di tempat yang sama, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan bahwa pemerintah terus berupaya untuk mengatasi masalah kelebihan pasokan listrik di Indonesia. Beberapa di antaranya dengan menggenjot penggunaan kompor listrik hingga kendaraan listrik.
Baca Juga:
Pemadaman Listrik di Lingga, PLN Dabo Sebut Mulai 16 Juni Nyala 24 Jam Lagi
"Ini kan satu program untuk meningkatkan demand, kalau demand naik kan serapannya gimana," kata dia.
Menurut Arifin, saat ini pemerintah tengah melakukan uji coba peralihan kompor LPG 3 kilo gram (kg) ke kompor listrik. Di samping itu, pemerintah juga terus mendorong agar penggunaan motor listrik segera berjalan di Indonesia.
"Nanti tinggal respon dari pasar, kalau pasar ini responnya bagus otomatis demand nya juga naik," ujarnya.
Sebelumnya, pada pertengahan Juni 2022 lalu, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo juga mengakui bahwa pihaknya saat ini tengah menghadapi kondisi kelebihan pasokan listrik. Bahkan, dalam satu tahun mendatang di Pulau Jawa sendiri akan masuk pembangkit listrik dengan kapasitas 6.800 Mega Watt (MW) atau sekitar 6,8 Giga Watt (GW).
"Untuk over supply memang paham kami mengalami itu. Contoh di Jawa 12 bulan mendatang akan masuk 6.800 MW, sementara penambahan demand 800 MW," ujar Darmawan di dalam RDP bersama Komisi VI DPR RI, Rabu (15/6/2022).
Tidak hanya di pulau Jawa, ancaman kelebihan pasokan listrik juga bakal terjadi di Sumatera. Hal tersebut tercermin dari penambahan permintaan atau demand dari listrik selama tiga tahun mendatang hanya sekitar 1,5 Giga Watt (GW).
"Sedangkan penambahan kapasitas dalam pipeline 5 GW. Di Kalimantan interkoneksi juga mengalami itu," katanya.
Kondisi kelebihan pasokan listrik ini berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di belahan dunia lainnya, khususnya Eropa. Sejumlah negara di Eropa kini terancam mengalami krisis pasokan energi yang bisa berujung pada kondisi gelap gulita alias krisis listrik.
Minimnya pasokan energi, terutama gas yang tersendat dari Rusia, kini menjadi masalah baru di Eropa. Sejumlah negara seperti Yunani, Spanyol, Italia, dan Jerman, pun terancam pemadaman listrik.
Yunani misalnya, kantor parlemen negara itu mematikan seluruh lampu luar dan dalam.
Dalam laporan Anadolu Agency, ini dilakukan agar dapat menjadi contoh bagi warga untuk segera melakukan penghematan energi. Walau begitu, Kepala Parlemen Kostas Tasoulas belum menjabarkan hingga kapan langkah ini akan dilakukan.
"Parlemen Yunani mematikan semua lampu eksterior di gedung sebagai contoh untuk konsumsi energi," kata lembaga itu sejak pekan lalu.
Jerman juga terancam gelap gulita. Karenanya, Negeri Panser terus mengupayakan pengamanan pasokan energi untuk mencegah krisis di negara tersebut.
Berlin mengatakan bahwa pihaknya telah mengambil alih operasi perusahaan Rusia, Rosneft, di Jerman untuk mengamankan pasokan energi yang telah terganggu setelah Moskow menyerang Ukraina.
Kementerian Ekonomi Jerman menyatakan anak perusahaan Rosneft di Jerman, yang menyumbang sekitar 12% dari kapasitas penyulingan minyak di negara itu, ditempatkan di bawah perwalian Federal Network Agency.
"Trust management akan melawan ancaman terhadap keamanan pasokan energi," katanya pernyataan Kementerian Ekonomi, dilansir AFP belum lama ini.[zbr]