Ia menambahkan, kehadiran PLTU super jumbo dan PLTS di Batam juga akan menjadi penentu daya saing regional Indonesia di tengah derasnya persaingan investasi kawasan Asia Tenggara.
“Singapura, Malaysia, dan Vietnam sama-sama agresif dalam menawarkan insentif dan infrastruktur ke investor global. Maka Indonesia, melalui Batam, harus hadir dengan kesiapan energi yang unggul dan kompetitif,” ujarnya.
Baca Juga:
Demi Kesejahteraan Konsumen, ALPERKLINAS Minta Pemerintah dan PLN Pastikan Listrik Nyala 24 Jam di Seluruh Indonesia
Meski demikian, Tohom juga mengingatkan agar aspek lingkungan tidak dilupakan.
Ia menilai, strategi Gallant Venture dalam mengombinasikan teknologi superkritis, potensi carbon capture, dan integrasi PLTS adalah langkah bijak.
“Penting untuk memastikan bahwa pembangunan ini tidak hanya mengejar angka kapasitas, tapi juga memperhatikan keberlanjutan lingkungan dan keterlibatan komunitas lokal. Investasi yang berwawasan lingkungan akan memberi legitimasi sosial yang lebih kuat,” katanya.
Baca Juga:
Apresiasi Kartu Layanan Transjakarta untuk Golongan Tertentu, MARTABAT Prabowo-Gibran Ajak Pemda Jabodetabekjur Adopsi Program Serupa
Sebelumnya, pihak Gallant Venture menyatakan bahwa lonjakan permintaan listrik di Batam dipicu oleh pesatnya pertumbuhan industri digital dan perluasan kawasan pariwisata seperti Bintan Resorts.
Mereka juga mengungkapkan bahwa biaya energi berbasis gas alam yang semakin mahal telah mendorong eksplorasi energi alternatif, termasuk batu bara superkritis dan panel surya.
Perusahaan mengklaim akan memastikan kepatuhan penuh terhadap standar lingkungan dan aktif menjalin komunikasi dengan komunitas lokal serta otoritas terkait.