Kepri.WAHANANEWS.CO, Jakarta - Organisasi relawan nasional MARTABAT Prabowo-Gibran menyambut baik langkah konkret yang diambil Menteri Investasi dan Kepala BKPM, Rosan Perkasa Roeslani, dalam membentuk Desk Peningkatan Realisasi Investasi di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) Batam.
Menurut Ketua Umum MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, langkah ini sangat strategis untuk mempercepat sinkronisasi kebijakan pusat dan daerah dalam urusan investasi.
Baca Juga:
Rosan Roeslani Bongkar Alasan Pemerintah Depak LG dari Konsorsium Baterai Listrik
Tohom memandang kehadiran tim Kementerian Investasi secara langsung di Batam bukan hanya sebagai bentuk respons terhadap keluhan dunia usaha, tetapi juga mencerminkan keseriusan pemerintah pusat, khususnya dalam pemerintahan Prabowo-Gibran, untuk menciptakan iklim investasi yang lebih lincah dan responsif.
"Kami memberi apresiasi penuh kepada Menteri Rosan atas keberanian administratif dan inovasi kelembagaan ini. Pembentukan desk di Batam adalah jawaban konkret terhadap stagnasi koordinasi pusat-daerah yang selama ini menjadi keluhan utama investor," ujar Tohom, Selasa (8/7/2025).
Ia menambahkan, sinkronisasi regulasi bukan sekadar soal efisiensi teknis, tetapi menjadi instrumen vital dalam menjaga kepercayaan pelaku usaha, baik domestik maupun asing.
Baca Juga:
DPMPTSP Bontang Terbitkan 1.269 Izin Usaha, Tunjukkan Pertumbuhan Ekonomi 2024
"Tanpa keselarasan antara pusat dan daerah, dunia usaha akan terus dihadapkan pada tumpang tindih regulasi, tarik-ulur perizinan, dan lambannya eksekusi proyek. Desk investasi ini menjadi pintu baru menuju reformasi birokrasi yang nyata di lapangan," ujar Tohom.
Ia juga menyoroti bahwa selama ini, Batam sebagai kawasan dengan status khusus justru kerap menghadapi hambatan administratif yang berasal dari pusat.
Oleh karena itu, menurut Tohom, desentralisasi pelayanan investasi melalui desk permanen seperti ini harus diadopsi pula di kawasan ekonomi strategis lainnya di Indonesia.
MARTABAT, Tohom mengungkapkan bahwa langkah ini sangat sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto dalam mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen pada tahun 2029, di mana investasi menjadi motor penggerak kedua terbesar setelah konsumsi.
"Kami melihat ini bukan sekadar kerja teknokratik, tapi bagian dari visi besar pemerintahan Prabowo-Gibran untuk membentuk tata kelola ekonomi yang inklusif, efisien, dan kompetitif di kawasan strategis seperti Batam," tambahnya.
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini menyebut bahwa pembentukan desk investasi merupakan kunci penting dalam membangun agglomeration effect, yakni efek sinergis antara kawasan industri, perumahan, pelabuhan, dan digital economy.
"Kalau kita ingin Batam jadi lokomotif industri digital dan manufaktur, maka semua simpul kebijakan, dari izin, lahan, SDM, hingga fiskal, harus terintegrasi. Desk ini adalah embrio dari sistem aglomerasi modern. Pemerintah daerah tidak bisa kerja sendiri, perlu koneksi langsung dengan pusat,” terangnya.
Ia juga menyoroti bahwa keberhasilan investasi bukan hanya soal angka realisasi, tapi juga kualitas proyek dan daya serap tenaga kerja lokal.
Oleh karena itu, Tohom mendorong agar desk tersebut juga memiliki fungsi evaluatif dan bukan sekadar administratif.
"Masyarakat perlu mendapat manfaat langsung dari investasi. Artinya, desk investasi juga harus mampu menyeleksi dan mengarahkan proyek-proyek yang berdampak luas, bukan hanya capital intensive tetapi juga labor intensive," bebernya.
Sebelumnya, Menteri Rosan Perkasa Roeslani menyatakan bahwa investasi adalah pilar penting dalam target pertumbuhan ekonomi nasional, dan desk yang dibentuk di KPBPB Batam akan membantu mempercepat proses perizinan serta menyederhanakan koordinasi antara pemerintah pusat dan otoritas Batam.
Sementara itu, Wali Kota Batam merangkap Kepala BP Batam, Amsakar Achmad, juga menyambut baik langkah ini sebagai bentuk adaptasi terhadap aspirasi dunia usaha dan dinamika global yang terus berubah.
Beberapa proyek strategis seperti Nongsa Digital Park dan KEK Kesehatan Sekupang kini tengah menjadi perhatian investor besar, termasuk dari Singapura, yang merupakan penyumbang PMA terbesar di Batam.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]