"Kami terus berusaha namun belum berhasil, karena buaya ini sangat cepat pergerakannya, apabila jumpa manusia pasti langsung lari," ungkap dia.
Senada, Kepala UPTD Damkar Toapaya Makmur menyampaikan di wilayahnya juga terdapat beberapa titik rawan buaya, antara lain Sungai Lintas Barat di Kilometer 16, Sungai Tiram, Sungai Kapur, Sungai Tembeling dan Sungai Kawal.
Baca Juga:
Kenang Ryanto Ulil, Brigjen TNI Elphis Rudy: Saya yang Antar Dia Jadi Polisi, Kini Antar ke Peristirahatan Terakhir
Menurut Makmur, keberadaan buaya tersebut sudah sangat mengkhawatirkan warga setempat, apalagi setelah insiden seorang bocah SMP tewas diterkam buaya di Sungai Lintas Barat pada akhir bulan Ramadhan 1443 Hijriah.
Namun demikian, tak banyak upaya yang bisa dilakukan pihaknya untuk mengantisipasi kemunculan buaya di daerah tersebut, melainkan terus mengimbau warga selalu waspada dengan mengurangi aktivitas di sungai rawan buaya, terutama saat malam hari di mana hewan itu biasa naik ke permukaan.
"Kami juga minta Camat, Lurah, hingga RT/RW supaya mengawasi ketat aktivitas warganya di sungai-sungai rawan buaya," ucap Makmur.
Baca Juga:
OTT di Bengkulu, KPK Amankan 8 Pejabat dan Sita Sejumlah Uang Tunai
Lebih lanjut Makmur mengutarakan pihaknya bersama UPTD Damkar Bintan Timur telah berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Bintan maupun Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) terkait upaya pencegahan konflik buaya dan manusia, sehingga peristiwa buaya memangsa manusia di Sungai Lintas Barat tidak terulang di kemudian hari.
"Kami usulkan pemasangan papan peringatan rawan buaya di sejumlah titik. Kalau sudah ada instruksi, tinggal langsung dikerjakan," katanya.
Keberadaan buaya di wilayah Bintan diduga kerap berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain.