Tan mengatakan pihak China mengeluarkan peringatan untuk mengusir.
"Australia mengancam kedaulatan dan keamanan China, dan pemerintah menyebarkan informasi palsu," tambahnya.
Baca Juga:
Peran Penting Indonesia dalam Menangani Konflik Laut China Selatan (LCS)
Hubungan Australia dan China memang memburuk dalam dua tahun terakhir. Ini setelah Canberra menyerukan penyelidikan independen tentang asal usul pandemi virus corona (Covid-19) dan melarang raksasa telekomunikasi Huawei membangun jaringan 5G Australia.
China sebenarnya adalah mitra dagang terbesar Australia. Seruan Negeri Kanguru kemudian ditanggapi dengan pengenaan tarif dan gangguan sejumlah barang ekspor seperti anggur, jelai, dan batu bara.
Spekulasi mencairnya hubungan dingin antara keduanya sempat muncul setelah tokoh Partai Buruh, Albanese, memenangkan pemilihan PM 21 Mei lalu, disertai dengan ucapan selamat PM China, Li Keqiang. Namun tampaknya hal itu berumur pendek.
Baca Juga:
Indonesia, Thailand dan Malaysia Kompak Tinggalkan Dollar AS
Sementara itu LCS sendiri merupakan wilayah yang diklaim 90% oleh China melalui konsep "9 garis putus-putus".
Ini membuat China bersitegang dengan banyak negara termasuk RI di Natuna Utara.[zbr]