Dalam beberapa kesempatan, kapal-kapal patroli ini masuk ke ZEE Indonesia sejauh 7-10 mil laut dari garis landas kontinen, tidak jauh dari pusat intrusi KIA Vietnam di ZEE Indonesia non-sengketa.
Paban II Ops Staf Operasi TNI Angkatan Laut (Sopsal) Kolonel Laut (P) Amrin Rosihan Hendrotomo mengungkapkan kapal pengawas perikanan Vietnam memang cukup intens mengawasi kapal-kapal ikan mereka di wilayah perbatasan, di mana mereka kedapatan melewati batas penangkapan ikan.
Baca Juga:
4.000 Prajurit TNI Kena Sanksi Akibat Terlibat Judi Online
"Bahkan rata-rata ada empat sampai delapan kapal setiap harinya. Hebatnya mereka, saya katakan hebat, karena mereka mampu melaksanakan operasi atau berada di sana sepanjang tahun karena mereka memiliki sistem logistik yang baik," katanya.
Menurut Amrin, kapal pengawas Vietnam punya dukungan logistik yang baik karena tidak hanya mendukung perbekalan tetapi juga bahan bakar kapal sehingga bisa bertahan di perairan sepanjang tahun.
Direktur Operasi Laut Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksamana Pertama Bakamla Bambang Irawan menjelaskan perlunya peran serta semua pemangku kepentingan untuk bisa menyelesaikan masalah di laut secara optimal.
Baca Juga:
Kepala Zona Bakamla Tengah Laksanakan Courtesy Call ke Mapolda Sulsel
Ia mengakui Bakamla sendiri memiliki keterbatasan anggaran dan sarana serta prasarana yang terbatas. Namun, hal itu tidak berarti kegiatan patroli dan dukungan untuk kegiatan patroli tidak bisa dilakukan.
"Keperluan kita menghadirkan simbol-simbol negara. Simbol negara kan salah satunya bendera merah putih. Tidak hanya di kapal TNI AL, Bakamla, PSDKP (Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan) KKP, semua stakeholder harus dirumuskan kehadirannya," katanya.
Bambang menuturkan kapal patroli Vietnam bisa bertahan lama di perairan karena dukungan fasilitas logistik dari platform bekas rig (anjungan pengeboran sumur minyak).