Disamping itu, hasil panen masyarakat juga sangat sulit diangkut sejak jembatan kayu tidak ada lagi.
Sawit dan tanaman lain yang dipanen terpaksa musti dibawa memutar jauh dari daerah lain agar bisa dijual.
Baca Juga:
BPKN Kritik Rencana ATR/BPN Ambil Alih Tanah Menganggur, Sebut Langgar Hak Rakyat
Jarak tempuh yang jauh tetap dijalani demi menjual hasil panen yang dikuatirkan akan busuk jika tidak diangkut secepatnya.
"Untuk stok makanan maupun sembako bagi 88 KK yang terisolir masih aman. Tapi harus butuh cepat penanganannya, agar masyarakat tidak terkurung di sana," beber Aman.
Ia menjelaskan, tim dari Dinas PUPR telah turun ke lokasi untuk meninjau jembatan yang tumbang dan hanyut itu.
Baca Juga:
KBRI Tokyo Ikuti Upacara 80 Tahun Tragedi Hiroshima dan Nagasaki Bersama PM Jepang Shigeru Ishiba
Pihaknya meminta kepada Pemda maupun perusahaan swasta yang ada disekitarnya agar membangun jembatan darurat dari kayu seperti jembatan lama. Sehingga akses yang terputus bisa tersambung lagi.
"Untuk jembatan permanen memang tahun ini dibangun dari APBD yang panjangnya 12 meter. Kalau dari dana desa kita tak sanggup," pungkasnya.
[kaf]