Kepri.WAHANANEWS.CO - Organisasi relawan nasional MARTABAT Prabowo-Gibran memberikan apresiasi atas meningkatnya minat investasi Australia di sektor digital Batam.
Hal ini menyusul kunjungan Duta Besar Australia untuk Indonesia, Rod Brazier, dan Business Champion Australia untuk Indonesia, Prof Jennifer Westacott AC, ke Batam pada akhir Juni lalu dalam rangka menjajaki peluang kolaborasi ekonomi digital antarnegara.
Baca Juga:
Indonesia Diwajibkan Beli 50 Boeing 777, Ini Harga Fantastis per Unitnya
Ketua Umum MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, menilai bahwa kunjungan tersebut merupakan sinyal kuat kepercayaan Australia terhadap arah kebijakan ekonomi Presiden terpilih Prabowo Subianto, khususnya dalam transformasi ekonomi digital dan penguatan kawasan-kawasan ekonomi khusus.
“Kami melihat bahwa kehadiran delegasi tingkat tinggi Australia ke Batam bukan hanya bentuk penghormatan diplomatik, tetapi juga cermin konkret kepercayaan investor asing terhadap iklim bisnis dan masa depan ekonomi Indonesia. Ini harus dibaca sebagai dukungan moral sekaligus peluang strategis,” ujar Tohom pada wartawan, Kamis (24/7/2025).
Tohom juga menyoroti potensi Batam sebagai pusat pertumbuhan ekonomi digital yang sangat menjanjikan.
Baca Juga:
Medan Jalin Kerja Sama dengan Polandia
Menurutnya, kawasan Nongsa Digital Park (NDP) yang menjadi fokus kunjungan delegasi Australia adalah simbol transformasi industri nasional yang harus terus didorong.
“Infrastruktur digital di NDP sangat potensial menjadi simpul kemitraan ekonomi regional. Apalagi jika kita kaitkan dengan agenda hilirisasi digital dan penguatan sumber daya manusia yang sedang digalakkan Prabowo-Gibran,” tambahnya.
Dalam kunjungan tersebut, delegasi Australia meninjau sejumlah perusahaan asal Negeri Kanguru yang telah beroperasi di Batam seperti Gelflex, Austin Engineering, dan Thiess.
Mereka juga bertemu Wali Kota Batam sekaligus Kepala BP Batam, Amsakar Achmad. Pihak Australia menilai iklim investasi Batam kian menarik dan strategis di tengah upaya global menuju transformasi digital dan ekonomi berkelanjutan.
Prof Jennifer Westacott menyebut potensi besar Pusat Data Nasional dan ekosistem NDP sebagai daya tarik utama bagi investor digital.
“Pusat Data Nasional yang baru menjadi peluang kolaborasi besar bagi perusahaan Australia, terutama dalam transformasi digital Indonesia,” ungkapnya.
Sementara itu, Duta Besar Brazier menyatakan bahwa kehadiran perusahaan Australia di Batam bukan hanya soal investasi modal, tetapi juga membawa dampak nyata dalam penciptaan lapangan kerja dan alih teknologi. “Indonesia adalah mitra strategis kami. Kami senang melihat semakin banyak perusahaan Australia yang berinvestasi di Batam,” ujarnya.
Tohom menilai, komitmen Australia ini patut diapresiasi dan perlu ditindaklanjuti secara konkret oleh para pengambil kebijakan di Indonesia, terutama di level kawasan.
Menurutnya, strategi Invested: Australia’s Southeast Asia Economic Strategy to 2040 yang kini digulirkan Canberra sejalan dengan semangat Aglomerasi Ekonomi Indonesia yang menempatkan Batam sebagai gerbang terdepan.
“Ini sejalan dengan agenda Aglomerasi Ekonomi Batam–Bintan–Karimun yang sudah lama kami dorong. Keterlibatan Australia memperkuat simpul global Batam sebagai digital hub. Pemerintah harus segera menyusun langkah konkret agar kerja sama ini tidak hanya jadi seremoni diplomatik,” tegas Tohom yang juga menjabat sebagai Ketua Aglomerasi Watch, lembaga pemantau kawasan pertumbuhan ekonomi strategis.
Ia mengingatkan, jika peluang ini tidak ditangkap secara sistemik, maka akan melemahkan daya saing kawasan.
“Perlu penataan kelembagaan investasi yang lincah dan responsif di Batam, serta percepatan infrastruktur digital, agar investasi digital dari Australia dan negara lain tidak terhambat oleh keruwetan birokrasi,” ujarnya.
Kunjungan Dubes Australia ini juga bertepatan dengan peringatan lima tahun penandatanganan IA-CEPA (Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement), yang telah terbukti menggandakan volume perdagangan dan mendongkrak investasi bilateral secara signifikan sejak berlaku pada 2020.
Menurut Tohom, IA-CEPA bukan sekadar perjanjian dagang, tetapi kerangka strategis yang bisa dimanfaatkan untuk mempercepat transformasi digital Indonesia di berbagai kawasan ekonomi, termasuk Batam.
“Inilah saatnya pemerintah pusat dan daerah bersinergi lebih erat agar investasi yang masuk benar-benar menciptakan nilai tambah, bukan sekadar seremoni pemotongan pita,” pungkasnya.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]