Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini mengatakan bahwa pengembangan ekonomi digital di kawasan seperti Batam tidak bisa dipisahkan dari pendekatan aglomeratif.
“Investasi sektor digital memerlukan konsentrasi ekosistem, infrastruktur data, serta konektivitas antar pelaku usaha dalam satu kawasan. Batam sudah berada di jalur itu. Kita perlu menjaganya dengan kebijakan yang progresif dan inklusif,” tandasnya.
Baca Juga:
Candlelight Dinner dan Romantic BBQ Picnic , Makan Malam Romantis di HARRIS Resort Waterfront Batam
Ia juga menegaskan bahwa inisiatif seperti IA-CEPA dan strategi Invested: Australia’s Southeast Asia Economic Strategy to 2040 harus dijadikan pijakan untuk memperluas kolaborasi di bidang pendidikan teknologi dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia.
Bagi Tohom, hal itu akan memperkuat daya saing Indonesia di tingkat regional.
Sebelumnya, Duta Besar Australia untuk Indonesia, Rod Brazier, bersama Business Champion Australia untuk Indonesia, Prof Jennifer Westacott AC, telah melakukan kunjungan kerja ke Batam pada akhir Juni lalu.
Baca Juga:
Polibatam Lolos Seleksi Administrasi Zona Integritas Tahun 2025
Mereka meninjau sejumlah fasilitas digital dan bertemu dengan pejabat lokal, termasuk Wali Kota Batam sekaligus Kepala BP Batam, Amsakar Achmad.
Prof Westacott menilai Nongsa Digital Park sebagai peluang emas bagi investasi digital Australia. Ia menyebut infrastruktur dan regulasi di kawasan itu mendukung kolaborasi ekonomi digital yang saling menguntungkan.
Sementara itu, Dubes Brazier menegaskan bahwa Indonesia adalah mitra strategis Australia dan menyambut baik semakin banyaknya perusahaan Australia yang menanamkan modalnya di Batam.