Kepri. WahanaNews.co - Barang kali belum banyak yang tahu kalau pagoda tertinggi di Indonesia berada di Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Menara berjenjang bergaya Asia timur dengan beberapa atap yang sama itu diberi nama "Pagoda Sata-Sahasra Buddha". Lokasi persisnya di kompleks Vihara Avalokitesvara, Jalan W.R. Supratman, Kilometer 14, Tanjungpinang.
Baca Juga:
Dukung Pemutihan Pajak Kendaraan, Jasa Raharja Kepri Buka Layanan Kesehatan Gratis di Samsat Batu Aji
Bangunan megah ini berdiri di atas lahan seluas 10 hektare dengan dikelilingi Vihara Avalokitesvara, rumah kremasi, hingga rumah abu untuk menyimpan abu dari jasad umat Buddha yang sudah meninggal dunia.
Pagoda Sata-Sahasra Buddha ini diresmikan oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia, Supriyadi, pada Juli lalu.
Bangunan ini dikelola oleh pemilik Yayasan Maitri Paramitha selaku pengelola Vihara Avalokitesvara, Hengky Suryawan.
Baca Juga:
Berhasil Bangun Infrastruktur, Ansar Ahmad Pemimpin Pilihan untuk Keberlanjutan Kepri
Hengky yang juga pengusaha galangan kapal itu bercerita proses pembangunan Pagoda Sata-Sahasra Buddha, yang memerlukan waktu sekitar 7 tahun, dimulai bulan Juni 2016 dan rampung bulan Juni 2023, dengan menelan anggaran sekitar Rp100 miliar.
Pagoda tersebut terdiri atas sembilan lantai dengan ukuran panjang 52,00 meter, lebar 32,00 meter, dan tinggi 46,80 meter.
Bangunan ini secara keseluruhan bisa menampung sekitar 2.000 orang, misalnya, untuk sembahyang umat Buddha.
Dinding struktur bangunan tersebut menggunakan keramik bermotif patung Buddha yang dipesan dan dicetak khusus dari China. Totalnya ada sebanyak 20.708 keramik.
Selain itu, di lantai pertama pagoda terdapat tiga patung utama berbahan giok yang juga didatangkan langsung dari China, di antaranya, patung Buddha Amitabha, Buddha Sakyamuni, dan Buddha Bhaisjyaguru.
Maka tak heran, kalau kemudian pagoda ini berhasil meraih dua rekor Museum Rekor Indonesia Muri sekaligus, yakni sebagai pagoda tertinggi di Indonesia (46,80 meter).
Lalu, rekor untuk pemasangan keramik dinding motif patung Buddha terbanyak, mencapai 20.708 keping.
Rekor itu diserahkan kepada pemilik Yayasan Maitri Paramitha, Hengky Suryawan, yang bertepatan dengan acara peresmian pagoda tersebut.
Pada kesempatan yang sama, juga diberikan penghargaan khusus kepada Hengky Suryawan atas kontribusi dan pengabdiannya dalam membina umat Buddha selama sekitar 70 tahun.
Ketua Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) Kepri itu tak menyangka menerima apresiasi tersebut karena apa yang ia sumbangkan melalui pikiran, tenaga, serta materi itu dilakukan semata hanya untuk membina sekaligus memajukan umat Buddha.
"Saya bangun pagoda dan vihara karena saya ingin mengabdi kepada umat Buddha,” kata Hengky.
Tempat ibadah dan objek wisata
Predikat Pagoda Sata-Sahasra Buddha
sebagai yang tertinggi di Tanah Air itu diakui secara langsung Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama RI, Supriyadi.
Pada saat meresmikan vihara itu, ia memuji arsitektur Pagoda Sata-Sahasra Buddha di Tanjungpinang berbeda dengan kebanyakan pagoda yang ditemui di daerah lainnya di Indonesia. Struktur bangunannya indah, megah, apalagi dibangun di atas lahan yang luas.
Dengan adanya pagoda ini diharapkan menjadi pusat kegiatan keagamaan, tempat meditasi, penghormatan, dan penyembahan sehingga muncul motivasi dan spirit yang tinggi untuk umat beragama Buddha.
Selain itu, dapat pula dijadikan sebagai sarana membangun kerukunan antarumat beragama.
Keberadaan bangunan itu juga menambah objek wisata baru bagi turis domestik dan mancanegara yang datang ke Tanjungpinang. Pasalnya, pengelola memperbolehkan siapa saja berkunjung ke mari untuk melihat maupun berswafoto.
Terlebih, jauh sebelum pagoda itu dibangun, Vihara Avalokitesvara pun memang menjadi salah satu tujuan kunjungan wisatawan.
Apalagi di dalam vihara itu terdapat patung Buddha Dewi Kwan Im setinggi 22,8 meter yang diklaim tertinggi se-Asia Tenggara.
Tercatat, sebelum pandemi COVID-19 wisatawan asing yang mengunjungi vihara tersebut bisa mencapai delapan bus dalam sehari. Wisatawan didominasi warga negara Malaysia, Singapura, hingga China.
Untuk sampai ke sini tidak sulit, karena berada di tengah-tengah kawasan perkotaan. Bagi wisatawan dari luar daerah atau luar negeri yang datang ke Tanjungpinang melalui pintu masuk pelabuhan Sri Bintan Pura (SBP), tinggal naik kendaraan roda dua atau roda empat dengan jarak tempuh sekitar 15-20 menit.
Harmoni dalam keberagaman
Apresiasi pembangunan Pagoda Sata-Saharsa juga disampaikan Gubernur Kepri Ansar Ahmad kepada komunitas Buddha atas dedikasi dan kontribusinya dalam memelihara keharmonisan sosial dan budaya di Kepri, khususnya di Tanjungpinang.
Peresmian Pagoda Sata-Saharsa Buddha ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan spiritual umat Buddha di Tanjungpinang.
Pagoda ini juga diharapkan menjadi ikon bagi Tanjungpinang yang memancarkan keindahan budaya Buddha serta menarik wisatawan dan peziarah dari berbagai belahan dunia.
Selain itu, pagoda tersebut merupakan langkah penting dalam memperkuat identitas dan keberagaman di Kepri.
Pemerintah Provinsi Kepri pun komitmen dalam mendukung pengembangan pariwisata dan memajukan sektor budaya di Tanjungpinang sebagai pusat ibukota.
Kerja keras komunitas umat Buddha dalam merestorasi Pagoda Sata-Saharsa Buddha
menjadi tempat suci yang memesona dan dapat dinikmati semua orang ini, layak diapresiasi.
Karena ikhtiar itu menandakan Kepri, terkhusus Tanjungpinang, identik sebagai daerah dengan tingkat toleransi antarumat beragama yang tinggi di Tanah Air.[ss]