Dengan begitu, Darmawan klaim dengan didorongnya bauran EBT dalam negeri dan pembangunan infrastruktur pendukung yang dibutuhkan bisa turut mendorong Indonesia lebih baik lagi.
"Kita perlu menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi ini, yang sangat sehat ini agar terus berjalan terus, kemudian dalam proses ini tentu saja kita membangun kapasitas nasional yang bisa menciptakan lapangan kerja, memerangi kemiskinan, dan in the same time we taking care the environment," tandasnya.
Baca Juga:
Jaga Pilkada Serentak, PLN UID Jabar Siagakan Lebih dari Empat Ribu Personil
Sebelumnya, Direktur Manajemen Risiko PT PLN (Persero), Suroso Isnandar menyebutkan saat ini PLN sedang merancang greenest RUPTL 2024-2033, yang merupakan produk Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PLN yang lebih hijau.
Pihaknya mengusulkan, pada 2030 nanti akan tambah 21 GW, 51,6% EBT. "Apakah ini cukup? belum kami ganti 800 MW batu bara jadi gas, kami belum puas," kata dia dalam acara Green Economic Forum 2024, Rabu (29/5/2024).
Suroso menjelaskan di dalam RUPTL sebelumnya, PLN sendiri telah berhasil menghapus pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara berkapasitas 13 ribu MW. Selain itu, perusahaan juga berhasil mengganti PLTU berkapasitas 1,8 GW dengan menggunakan pembangkit listrik EBT.
Baca Juga:
Gendeng Indomobil, PLN Icon Plus Siap Kolaborasi Wujudkan Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik
"Itu yang sedang kami lakukan, pendataan holistik, sistematis, tekan emisi di batu bara,," kata dia.
Selain itu, PLN juga telah menerapkan penggunaan biomassa melalui teknologi co-firing untuk menekan emisi dari PLTU batu bara. Setidaknya kebutuhan biomassa untuk tahun ini yakni mencapai 2,2 juta ton dan pada tahun depan sebesar 10 juta ton.
"Pada intinya kami membangun suatu ekosistem yang menuju ramah lingkungan, agresif ini kami punya landasan yang jelas," kata dia.