Awalnya adalah adanya kapal ikan Tiongkok yang masuk perairan Laut Natuna. TNI Angkatan Laut mengirim KRI Imam Bonjol-383 dan menembak kapal ikan bernama Han Tan Cou tersebut.
Konflik yang terjadi pada 23 Juni 2016 ini kemudian mendapat reaksi dari Tiongkok dengan mengirimkan kapal-kapal laut tempurnya sebagai balasannya.
Baca Juga:
Ribuan Warga Hadir, Saat Jokowi Blusukan di Banyumas Dampingi Luthfi
Tiongkok mengatakan bahwa perairan tersebut adalah wilayah penangkapan ikan tradisionalnya.
Presiden Jokowi tidak gentar. Bersama para menteri, Kapolri dan Panglima TNI, Jokowi terbang ke Natuna dan mengadakan rapat khusus di KRI Imam Bonjol-383.
Rapat khusus tersebut membahas percepatan pembangunan di Natuna. Kehadiran Jokowi di KRI Imam Bonjol-383 tersebut merupakan kode keras bagi Tiongkok, bahwa perairan Natuna adalah milik Indonesia.
Baca Juga:
Pertemuan Hangat Presiden Prabowo dan Presiden ke-7 RI di Kota Surakarta
Oktober 2016 dan Mei 2017 Jokowi kembali mengunjungi Natuna. Dua agenda tersebut untuk meninjau kesiapan alat-alat tempur dan meninjau latihan tempur TNI AU di perairan Natuna.
Pada 8 Januari 2018, untuk keempat kalinya Jokowi mengunjungi Kab. Natuna. Kali ini untuk meninjau Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di Selat Lampa, Natuna, bertemu ratusan nelayan dan membagikan sertifikat tanah.
Jokowi juga meninjau kapal-kapal TNI KRI Usman Harun dan KRI Karel Sasuit Tubun.