"Yang perlu kita dorong adalah bagaimana investasi ini tidak hanya bersifat ekstraktif, tetapi juga memberdayakan. Batam harus menjadi panggung sinergi antara teknologi tinggi dan potensi lokal, antara modal asing dan UMKM nasional," jelasnya.
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini menyebutkan bahwa posisi Batam sangat krusial dalam konteks aglomerasi ekonomi Indonesia bagian barat.
Baca Juga:
Li Claudia: Batam Siap Jadi Pusat Ekonomi Maritim Nasional
"Jika Batam mampu mengintegrasikan industri maritim, logistik, dan digital dalam satu kesatuan kawasan, maka kita tidak hanya bicara tentang satu kota, tetapi tentang episentrum ekonomi regional yang menopang ketahanan ekonomi nasional," tuturnya.
Lebih lanjut, Tohom mengajak semua pemangku kepentingan untuk menjaga momentum positif ini dengan memastikan seluruh proses investasi berlangsung transparan, terukur, dan berkelanjutan.
“Ini bukan sekadar urusan investasi antarnegara. Ini adalah ujian nyata bagi tata kelola kawasan ekonomi kita. Kalau kita bisa menjaga konsistensi dan integritas, investor akan datang dengan sendirinya,” tambahnya.
Baca Juga:
Pemkab Labura Percepat IPRO, Dorong Investasi Strategis di Labuhanbatu Utara
Sebelumnya, Wali Kota Batam, Amsakar Achmad, menyatakan bahwa kunjungan Duta Besar UEA untuk Indonesia dan ASEAN, Yang Mulia Abdulla Salem Al Dhaheri, menjadi bukti makin terbukanya kerja sama ekonomi strategis.
Dalam pertemuan di Kantor Wali Kota Batam, Rabu (2/7/2025), Amsakar menekankan kesiapan regulasi dan tim percepatan investasi sebagai langkah konkret menyambut kehadiran modal asing dari Timur Tengah.
“Kami ingin membangun sinergi konkret. Investor UEA kami ajak untuk tidak hanya melihat Batam sebagai lokasi, tetapi sebagai mitra jangka panjang dengan kesiapan sistem dan regulasi yang solid,” ujar Amsakar.