“Pengurangannya 50 persen. Kalau dulu emisinya itu ada di jalan-jalan. Kalau sekarang, emisinya cuma berasal dari pembangkit. Dan jangan lupa, bahwa PLN juga memiliki pembangkit berbasis EBT, sehingga ke depan, emisinya juga 0,” ungkapnya.
Tak hanya itu, dengan beralih ke kendaraan listrik, masyarakat juga bisa berhemat dalam pembelian bahan bakar.
Baca Juga:
Semangat Sumpah Pemuda, PLN Ajak Gen-B Dukung Penggunaan Transportasi Hijau
"1 liter bensin itu setara 1,2 kWh listrik. Dengan harga listrik per kWh Rp 1.444 atau dibulatkan Rp 1.500 itu berarti 1,2 kWh listrik harganya Rp 1.700. Sementara harga seliter bensin Rp 14.000, bahkan paling mahal ada yang tembus Rp 21.000 per liter. Jadi kalau pindah ke mobil listrik biaya bahan bakar tinggal seperenamnya," papar dia.
Darmawan memastikan, PLN terus berkomitmen untuk mengambil peran dalam mewujudkan akselerasi penyediaan infrastruktur pengisian ulang kendaraan listrik.
Hingga Juni 2022, tercatat lebih dari 139 unit SPKLU sudah tersedia pada 110 lokasi di 48 kota di Indonesia. Adapun rencana penambahan sampai akhir tahun 2022 adalah sejumlah 110 unit dengan ekosistem yang terbentang membentuk peta jalan nasional di seluruh Indonesia.
Baca Juga:
Wujudkan Semangat Hari Sumpah Pemuda, PLN UID Jakarta Raya Gelar Entity Gathering
PLN juga menargetkan bakal mengoperasikan 4.900 unit Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) hingga akhir 2022.
"Kami siap mendukung berkembangnya kendaraan listrik, baik dari fasilitas penunjang maupun juga pertumbuhan jumlah kendaraan listrik. PLN siap untuk membangun kerja sama dengan semua pihak," terang Darmawan.
Selain menghadirkan infrastruktur kendaraan listrik, PLN juga memberikan promo berupa insentif bagi para pemilik kendaraan listrik, yaitu diskon tarif untuk sebesar 30 persen bagi pemilik kendaraan listrik yang melakukan pengisian daya pada pukul 22.00 s.d. 05.00, serta diskon tambah daya dan pemasangan home charging station secara gratis.