“Ketika negara lain menghadapi stagnasi energi, Batam mempercepat pembangunan. Ini hal visioner. Pemerintah dan PLN sedang membangun fondasi 30 tahun ke depan, bukan hanya menjawab kebutuhan hari ini,” tambahnya.
Lebih jauh, Tohom menyoroti bahwa proyek PLTGU dengan teknologi efisiensi tinggi ini harus menjadi model kerja sama BUMN dan swasta yang bersih, transparan, serta berbasis kompetensi.
Baca Juga:
Kisah Intan di Pengadilan: Disiksa, Diancam, Dipaksa Telan Kotoran Anjing
Menurutnya, keberhasilan tender dan eksekusi proyek juga memberi sinyal positif bagi stabilitas kebijakan energi di era pemerintahan baru.
Tohom yang juga Pengamat Energi dan Lingkungan ini menekankan pentingnya pengawasan terhadap emisi dan efisiensi energi dalam proyek pembangkit gas modern ini.
“Gas adalah energi transisi yang realistis sambil kita mempercepat bauran energi bersih. Namun, aspek lingkungan tetap harus menjadi prioritas. Dengan pengelolaan yang tepat, PLTGU mampu menjadi jembatan menuju ekosistem energi hijau sekaligus menjaga pertumbuhan industri yang tidak bisa menunggu,” jelasnya.
Baca Juga:
Kejati Kepri Selamatkan Uang Negara Rp24,5 Miliar dari Kasus Korupsi 2025
Ia menambahkan, komitmen pemerintah terhadap keberlanjutan ekosistem industri di Batam harus terus dikawal melalui kebijakan investasi hijau, digitalisasi infrastruktur listrik, dan peningkatan kapasitas tenaga kerja lokal.
Proyek PLTGU Batam #1 ditargetkan rampung pada 2028 dan akan menjadi salah satu penopang utama sistem tenaga listrik kawasan Batam–Bintan–Karimun, termasuk mendukung rencana pengembangan data center, logistik internasional, dan kawasan manufaktur berteknologi tinggi.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]