"Kami tidak ada pilihan jalan lain, memang terpaksa lewat jembatan itu, karena itu jalan satu-satunya untuk menunjang kegiatan kami sehari-hari, mulai dari anak-anak sekolah dan kegiatan ekonomi kami di sini," kata Sartono kepada wartawan, di kediamannya, Sabtu (22/1/2022).
Ia mengatakan, kondisi jembatan beberapa tahun terakhir memang sangat memprihatinkan, pasalnya banyak terdapat lubang-lubang serta kayu jembatan yang sudah rapuh termakan usia.
Baca Juga:
Menginspirasi Generasi Z: Zizie, Mahasiswa dengan Semangat Berwirausaha
Untuk itu, setiap warga yang melintas harus berhati-hati.
"Kalau untuk sepeda motor memang sudah tidak layak melintasi jembatan, itu sangat berbahaya, kalau ada yang berani lewat, itu karena terpaksa saja. Jembatan banyak lubang, kayu-kayu juga sudah rapuh, sudah banyak warga kita yang jatuh dijembatan itu," imbuhnya.
Jembatan Sungai Setungkuk yang memprihatinkan itu, Sartono mengisahkan betapa pentingnya, jembatan Setungkuk bagi dirinya dan 19 Kepala Keluarga (KK) yang ada di sana.
Baca Juga:
Pesan Natal KWI dan PGI: “Marilah Sekarang Kita Pergi ke Betlehem” (Luk 2:15)
Terlebih, jika ada warga yang sedang sakit semua menjadi sulit karena harus berjibaku melewati jembatan rusak.
"Kami sangat kesulitan kalau ada warga kami yang sakit, jalan satu-satunya cuma lewat sana, dengan jembatan yang sudah rusak parah ini tentu menambah kesulitan kami," ujarnya.
Sartono berharap agar jembatan Setungkuk secepatnya mendapat perhatian dari pemerintah daerah, karena jika mengandalkan dana desa tidak cukup untuk perbaikan jembatan sepanjang 700 meter yang masih dalam kondisi rusak parah.