"Kalau untuk rehap sudah sering kita anggarkan, namun hanya untuk sementara karena dana desa sangat terbatas. Tahun lalu saya alokasikan Rp 15 juta untuk mengganti papan-papan yang sudah rapuh," ucap Tarmizi.
Dikarenakan jembatan Setungkuk merupakan satu-satunya akses jembatan antara kampung Sebauk dan Kampung Setungkuk di Desa Sedanau Timur, ia berharap agar jembatan tersebut secepatnya mendapat perhatian dari pemerintah daerah.
Baca Juga:
Menginspirasi Generasi Z: Zizie, Mahasiswa dengan Semangat Berwirausaha
"Karena jembatan itu merupakan jantung ekonomi warga," katanya.
"Saya kalau melintas ke sana tidak berani lagi naik sepeda motor, cuma berani jalan kaki itupun harus hati-hati karena banyak lubang, dan papan-papannya kebanyakan sudah rapuh, dan bahkan banyak warga saya jatuh di sana," kata Tarmizi.
Tarmizi berharap jembatan Setungkuk mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah, sebelum jembatan tambah parah dan lebih banyak memakan korban.
Baca Juga:
Pesan Natal KWI dan PGI: “Marilah Sekarang Kita Pergi ke Betlehem” (Luk 2:15)
Anak-anak sekolah sangat membutuhkan akses jembatan itu termasuk warga sekitar dalam beraktivitas.
"Saya selalu sampaikan usulan kami hanya satu jembatan Setungkuk, kalau tidak bisa dibangun sekaligus bertahap pun tidak apa-apa, jangan hilang begitu saja, dan jangan sampai menambah korban jatuh di jembatan itu," harapnya. [rda]