Mereka juga bertemu Wali Kota Batam sekaligus Kepala BP Batam, Amsakar Achmad. Pihak Australia menilai iklim investasi Batam kian menarik dan strategis di tengah upaya global menuju transformasi digital dan ekonomi berkelanjutan.
Prof Jennifer Westacott menyebut potensi besar Pusat Data Nasional dan ekosistem NDP sebagai daya tarik utama bagi investor digital.
Baca Juga:
OJK Beri Izin Bursa Kripto Baru, Nama Haji Isam Langsung Masuk Radar Publik
“Pusat Data Nasional yang baru menjadi peluang kolaborasi besar bagi perusahaan Australia, terutama dalam transformasi digital Indonesia,” ungkapnya.
Sementara itu, Duta Besar Brazier menyatakan bahwa kehadiran perusahaan Australia di Batam bukan hanya soal investasi modal, tetapi juga membawa dampak nyata dalam penciptaan lapangan kerja dan alih teknologi. “Indonesia adalah mitra strategis kami. Kami senang melihat semakin banyak perusahaan Australia yang berinvestasi di Batam,” ujarnya.
Tohom menilai, komitmen Australia ini patut diapresiasi dan perlu ditindaklanjuti secara konkret oleh para pengambil kebijakan di Indonesia, terutama di level kawasan.
Baca Juga:
Industri Kripto Jadi Penopang Fiskal, Penerimaan Pajak Capai Rp 1,61 Triliun
Menurutnya, strategi Invested: Australia’s Southeast Asia Economic Strategy to 2040 yang kini digulirkan Canberra sejalan dengan semangat Aglomerasi Ekonomi Indonesia yang menempatkan Batam sebagai gerbang terdepan.
“Ini sejalan dengan agenda Aglomerasi Ekonomi Batam–Bintan–Karimun yang sudah lama kami dorong. Keterlibatan Australia memperkuat simpul global Batam sebagai digital hub. Pemerintah harus segera menyusun langkah konkret agar kerja sama ini tidak hanya jadi seremoni diplomatik,” tegas Tohom yang juga menjabat sebagai Ketua Aglomerasi Watch, lembaga pemantau kawasan pertumbuhan ekonomi strategis.
Ia mengingatkan, jika peluang ini tidak ditangkap secara sistemik, maka akan melemahkan daya saing kawasan.