Kolonel Frega Wenas Inkiriwang, Komandan Distrik Militer Jakarta Utara dan dosen di Universitas Pertahanan Indonesia, mengatakan perilaku China saat ini meningkatkan risiko konflik di kawasan karena negara-negara meningkatkan kehadiran militer mereka, termasuk Indonesia, yang telah memperkuat pasukannya di sekitar Pulau Natuna.
Collin Koh, seorang peneliti di S. Rajaratnam School of International Studies di Singapura mengatakan, Indonesia "mungkin menghindari diplomasi megafon dan berhadapan secara langsung dengan Cina atas masalah Laut Cina Selatan.
Baca Juga:
Aksi AKP Dadang Guncang Solok Selatan, Hujani Rumah Dinas Kapolres dengan Tembakan
"Indonesia akan melakukan tindakan yang secara halus memberi sinyal ke Beijing - dan kembali ke rumah ke audiens domestik - keinginannya untuk melindungi kepentingan nasionalnya, " kata Koh.
Dia menyebut perluasan latihan perang Garuda Shield "sangat penting" karena "Indonesia selalu berhati-hati dalam memberi sinyal terkait sensitivitas seputar masalah Laut China Selatan" dan hubungannya dengan Amerika Serikat dan China.
“Jelas Indonesia ingin terlibat dalam penyeimbangan eksternal di Laut Cina Selatan, sambil menggunakan ini sebagai platform untuk memproyeksikan status dan pengaruhnya dalam hal diplomasi pertahanan multilateral,” kata Koh.
Baca Juga:
OTT KPK Bengkulu, Calon Gubernur Petahana Dibawa dengan 3 Mobil
Frega mencatat bahwa Indonesia dan China pernah mengadakan latihan militer bersama yang disebut "Sharp Knife", tetapi yang terakhir adalah pada tahun 2014.
Sekarang, katanya, dalam hal kerja sama militer, Indonesia jelas lebih dekat dengan AS daripada China.
Frega juga mengatakan Indonesia telah lama menjalin hubungan militer yang erat dengan Jepang dan Australia, sehingga masuknya mereka dalam Garuda Shield 2022 seharusnya tidak mengejutkan.