Sejak 30 Juni 2021 lalu, China mengerahkan kapal penjaga pantai dan kapal peneliti ke lokasi sekitar pengeboran minyak di Blok Tuna di Laut Natuna Utara.
Selama empat bulan berikutnya, kapal-kapal China dan Indonesia saling membayangi di sekitar ladang minyak dan gas, sering kali datang dalam jarak 1 mil laut satu sama lain.
Baca Juga:
Aksi AKP Dadang Guncang Solok Selatan, Hujani Rumah Dinas Kapolres dengan Tembakan
Data Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI) dan Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI), menunjukkan sebuah kapal penelitian China, Haiyang Dizhi 10, tiba di daerah tersebut pada akhir Agustus, hingga tujuh minggu berikutnya.
Kapal peneliti China ini bergerak lambat dalam pola grid Blok D-Alpha yang berdekatan, yang diperkirakan mempunyai cadangan minyak dan gas bernilai 500 miliar dolar AS.
“Berdasarkan pola pergerakan, sifat, dan kepemilikan kapal, sepertinya sedang melakukan survei ilmiah terhadap cadangan minyak D-Alpha,” kata Jeremia Humolong, peneliti di IOJI.
Baca Juga:
OTT KPK Bengkulu, Calon Gubernur Petahana Dibawa dengan 3 Mobil
Pada 25 September, kapal induk Amerika USS Ronald Reagan datang dalam jarak 7 mil laut dari rig pengeboran Blok Tuna.
Empat kapal perang China juga dikerahkan ke daerah itu, menurut IOJI dan nelayan setempat.
Pekan lalu, Menko Polhukam Mahfud MD berkunjung ke Laut Natuna.