Kondisi itu, kata dia, berbeda dengan di dalam negeri, yang mana pasien memerlukan antre berbulan-bulan untuk operasi jantung.
"Nah, itu barangkali salah satu pemicu banyak warga kita berobat ke luar negeri. Di sisi lain, letak geografis Kepri dengan Malaysia atau Singapura memang dekat melalui jalur laut," katanya.
Baca Juga:
DPRD dan Pemprov Kepri Sahkan APBD 2024 Sebesar Rp3,428 Triliun
Ia mengakui bahwa dari segi fasilitas dan pelayanan kesehatan rumah sakit, khususnya penyakit jantung di Kepri belum memadai akibat minimnya dokter spesialis jantung.
Bahkan tidak hanya jantung, dokter spesialis lainnya juga masih banyak yang kurang, seperti paru-paru hingga radiologi. Totalnya mencapai sekitar 102 orang.
"Misalnya dokter bedah jantung, kita butuh tujuh orang, tapi yang ada sekarang baru tiga orang. Nah, untuk mencetak empat orang lagi tidak mudah, butuh waktu dan proses cukup lama," katanya.
Baca Juga:
Pemprov Kepri Beri Bantuan 9.830 Kg Pupuk Kepada Kelompok Tani di Natuna
Menurut dia idealnya tiap-tiap rumah sakit di Kepri terdapat satu orang dokter spesialis sehingga siap pakai ketika dibutuhkan untuk melayani pasien.
Ia menyebut sebagian dokter spesialis yang ada di Kepri saat ini menerapkan metode substitusi untuk kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat antarpulau, seperti Kota Batam dan Kota Tanjungpinang.
"Jadi mereka bergantian melakukan praktik di Batam dan Tanjungpinang. Secara aturan diperbolehkan, karena dokter spesialis dapat tiga izin praktik, misalnya dua di Batam dan satu di Tanjungpinang atau sebaliknya," katanya.