Ia menjelaskan, faktor pertama, kemungkinan investor melihat Kepri sudah tidak lagi kompetitif sebagai daerah tujuan investasi. Sehingga mereka lebih memilih Jawa Tengah sebagai tujuan.
“Penyebab tidak kompetitifnya ini salah satunya karena sudah terlalu tingginya upah minimum di Batam, sehingga bagi perusahaan padat karya Batam menjadi tidak menarik untuk investasi,” ujarnya.
Baca Juga:
Empat Oknum PNS Sudin CKTRP Jakpus Resmi Dilaporkan ke Inspektorat
Penyebab lainnya, tarif kontainer yang masih mahal dari Batam ke luar negeri. Akibatnya, barang yang diproduksi di Batam akan menjadi lebih mahal pula.
“Unjuk rasa yang relatif sering terjadi di Kepri juga menjadi salah satu sebab menurunnya daya kompetisi Kepri sebagai daerah tujuan investasi,” tuturnya.
Faktor selanjutnya adalah, adanya kemungkinan investor asing yang akan masuk tersebut lebih mengincar pasar Indonesia yang relatif besar, ketimbang pasar luar negeri yang mengalami perlambatan permintaan akibat pandemi Covid-19.
Baca Juga:
Kasektor Dinas Citata Duren Sawit Dipanggil Kejaksaan Negeri Jakarta
“Jadi lebih memilih berinvestasi di Jawa karena berbagai macam tax holiday yang ditawarkan,” bebernya.
Di sisi lain, jika berinvestasi di Kepri, ketika menjual barang ke wilayah lain di Indonesia akan dikenakan berbagai macam pajak. Karena itu, akan lebih menguntungkan jika berinvestasi di Jawa kalau target pasarnya adalah konsumen dalam negeri.
Faktor terakhir yang ia lihat saat ini adalah mengenai aturan perizinan dan investasi yang belum pasti, membuat investor juga masih wait and see untuk berinvestasi di Kepri.