Hasbi, (33) begitu ia biasa dipanggil oleh masyarakat Nelayan Bagan merupakan anak muda berani.
Dengan pengalaman serta pengetahuan navigasi melaut, lantas Dia diberikan kepercayaan kepada pemilik kapal bagan untuk menggerakkan kapal bagan atau orang Natuna menyebutnya sebagai Tekong kapal atau bahasa umumnya sebagai kapten kapal.
Baca Juga:
680 Liter Pertalite Diamankan, Sat Reskrim Polres Subulussalam Tangkap Seorang Pria Diduga Lakukan Penyalahgunaan BBM
Dalam penuturannya bahwa Ia salah satu nelayan terbilang masih muda percaya rezeki terbesar adalah di lautan.
Baginya menjadi nelayan merupakan sesuatu pilihan yang menyenangkan, bukan karena terpaksa, bukan karena dipaksa, bukan karena hasilnya cukup menjanjikan untuk kehidupan keluarga dan juga bukan karena pernah mendengar lagu nenek moyangku seorang pelaut di layar kaca namun ini semua dia lakukan agar ada generasi penerus di lautan.
Dirinya juga mengeluh sulitnya mendapatkan kuota Bahan bakar Minyak jenis solar, ketika waktu hendak pergi melaut ada saja tantangan tersendiri dalam pengurusan surat kuota yang diberikan pemerintah daerah hanya berlaku satu bulan.
Baca Juga:
Pertamina Patra Niaga Tindak Tegas SPBU Nakal
Di akhir perbincangan singkat Asbi satu dari sekian ratus nelayan menaruhkan harapan akan mengeluhkan nelayan sulitnya soal minyak subsidi yang mereka peroleh untuk melaut.
Betapa tidak, dalam sekali berlayar menggunakan kapal Bagan dirinya harus menyiapkan 2 Ton minyak dalam satu putaran artinya tiap melaut selama 22 hari. Dan dalam sehari menghabiskan BBM 100 Liter.
“Itu pun kalau sebanding dengan pengeluaran sekali berlayar, jika peruntungan datang karena dia harus mengeluarkan cost baik dari minyak hingga ransum kapal mencapai 20 Juta,” tutup Asbi.