Menurutnya, PT Pertamina (Persero) perlu memberikan inovasi pelayanan distribusi langsung mendekati kampung nelayan semacam mobile SPBUN sehingga nelayan semakin mudah mendapatkan akses solar.
“Ratusan perahu nelayan hanya bisa sandar di pelabuhan, dan tak dapat beroperasi. “Kalau kelangkaan solar sudah dirasakan nelayan sejak bulan Maret, dan sampai sekarang masih sulit,” ujar Ketua Aliansi Nelayan Natuna, Henri.
Baca Juga:
680 Liter Pertalite Diamankan, Sat Reskrim Polres Subulussalam Tangkap Seorang Pria Diduga Lakukan Penyalahgunaan BBM
Para nelayan hanya mendapatkan jatah solar sebanyak 30 liter per hari. Menurut Henri kalau hanya mendapatkan jatah solar 30 liter per hari, maka hanya bisa digunakan untuk melaut selama enam jam saja.
Henri menambahkan, langkanya solar ini membuat nelayan kehilangan penghasilan. Biasanya, para nelayan ini bisa mendapatkan penghasilan satu ton ikan, sekarang mereka tak dapat melaut dan harus kerja serabutan.
Sementara itu Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Natuna melalui Kabid pengelolaan Perikanan Tangkap DKP Natuna, Wan Mansur beberapa waktu lalu.
Baca Juga:
Pertamina Patra Niaga Tindak Tegas SPBU Nakal
Mansur mengatakan, pemerintah sudah lama membantu nelayan di Natuna dengan memberikan solar bersubsidi dengan catatan nelayan sudah memegang Tanda daftar Kapal Perikanan (TDKP).
Pemberian ini diatur dalam Undang-Undang Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi RI Nomor 17 Tahun 2019. Serta perkuat dengan peraturan presiden Republik Indonesia nomor 191 Tahun 2014.
Ia menjelaskan, solar bersubsidi untuk nelayan kecil memiliki kapal ukuran 1-10 GT. Yang kedua memiliki surat rekomendasi BBM dari dinas perikanan/camat.