Studi EV-DCI menempatkan Kepri di posisi ketujuh sebagai provinsi destinasi investasi industri teknologi digital Indonesia, sebagai daerah dengan ekosistem digital paling menjanjikan. Kepri menjadi satu-satunya provinsi di luar Jawa yang masuk dalam penilaian.
Ini tidak terlepas dari gencarnya pembangunan infrastruktur digital dalam rentang lima tahun terakhir. Terdapat 77 Base Transceiver Station (BTS) dibangun di kawasan dengan kategori 3T dan Non 3T namun tertinggal.
Baca Juga:
Dinilai Aktif Mendukung Pergerakan Zakat, Wakil Gubernur Kepri Terima Penghargaan di Baznas Award 2025
Keberadaan BTS ini menghapus banyak wilayah di Kepri dalam daftar area blankspot. Hingga Juli 2025, kawasan dengan kategori Merdeka Sinyal di daerah 3T dan Non 3T namun tertinggal di Kepri berjumlah 149 titik. Terdapat 124 titik lemah sinyal dan 22 titik area blankspot.
Infrastruktur Ketenagalistrikan
Masivnya membangun konektivitas antar pulau oleh Pemprov Kepri juga diiringi dengan pemerataan infrastruktur ketenagalistrikan yang menjadi kebutuhan vital bagi kehidupan modern. Di masa kepemimpinan Gubernur Ansar Ahmad, pemerataan aliran listrik di seluruh Wilayah Kepulauan Riau digesa dengan Program Kepri Terang yang ditarget akan terpenuhi sebelum masa kepemimpinan Ansar-Nyanyang berakhir.
Baca Juga:
Kepedulian Pemprov Kepri Menjaga Kesehatan Jiwa Masyarakat
Terhitung Agustus 2025, seluruh ibukota kecamatan di provinsi ini telah teraliri tenaga listrik sehari penuh. Kemajuan sistem kelistrikan PLN di Kepri yang pada 2021 hanya berjumlah 96 sistem meningkat menjadi 114 sistem di tahun 2024.
Lama jam nyala 24 jam bertambah dari 30 menjadi 36 sistem, sementara sistem nyala 14 jam bertambah dari 65 menjadi 78 sistem.
Kondisi terakhir masih terdapat 85 pulau non-PLN yang hanya menikmati listrik 5 jam per hari, serta 37 pulau berpenghuni yang belum berlistrik sama sekali.